Doa Pagi di Hari Ahad
Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Di fajar yang lembut cahaya merekah,
kulangitkan pinta dalam lirih pasrah.
Ya Rabb, Yang Maha Agung dan Mulia,
rahmat-Mu luas, tiada terkira.
Muliakanlah yang membaca doa ini,
lapangkan dadanya dari sempitnya diri.
Teduhkan jiwanya bagai telaga,
sehatkan raganya, kuatkan daya.
Bahagiakan keluarganya, teguhkan iman,
anak-anaknya jadikan insan teladan.
Rezekinya limpah seluas samudera,
tak putus mengalir, penuh berkahnya.
Mudahkan jalannya, tuntun langkahnya,
cita dan harapan kabulkan semua.
Jauhkan derita, musibah, bencana,
jauhkan fitnah dan kata yang nista.
Terimalah amal yang telah tertanam,
hitunglah kebaikan, hapuskan kelam.
Dan kelak di surga-Mu yang nan indah,
himpunkan kami dalam ridha yang megah.
Dimudahkan Menuju Takdir
Setiap insan menapak jejak,
Di hampar dunia yang sementara,
Terlahir dalam takdir nan bijak,
Dimudahkan menuju yang ia dicipta.
Allah kuatkan hati dan iman,
Bagi mereka yang dikehendaki,
Luruh godaan, tak tergoyahkan,
Langkahnya tetap, tak henti mengabdi.
Dunia berkilau, gemerlap menggoda,
Namun tak butakan mata nurani,
Yang zuhud tak tertawan fana,
Akhirat tujuan, dunia hanya persinggahan dini.
Tak sibuk ia menuding sesama,
Tak haus mencari cela saudara,
Justru cermin ia pandang lama,
Aib sendiri lebih ia jaga.
Maka beruntunglah jiwa nan suci,
Yang tiap harinya dimudahkan kebaikan,
Tanda ia menuju takdir hakiki,
Dalam ridha Tuhan, penuh keberkahan.
Jauhilah prasangka, hindari dusta,
Sebab lisan dapat membawa celaka,
Kebenaran cahaya, dusta neraka,
Tegakkan jujur, jangan binasakan jiwa.
Semoga kita tetap terjaga,
Dalam jalan lurus tak menyimpang,
Mendamba ridha, setia berusaha,
Dimudahkan Allah dalam terang.
Dusta dan Kemunafikan
Di balik senyum yang manis berkilau,
tersembunyi dusta, setajam belati menghunus galau.
Lidah berbisa menabur janji,
tapi hatinya penuh kelicikan sunyi.
Ia bersandiwara di atas mimbar,
memoles kata seindah fajar.
Namun kebenaran ia jual murah,
demi kuasa yang ia anggap anugerah.
Dikelilingi penjilat yang bersorak riang,
pengkhianat berbisik, menebar perang.
Diangkat tinggi, disanjung palsu,
oleh mereka yang menjual nurani demi sesuap nafsu.
Padahal dusta adalah bara yang membakar,
api yang menjilat hingga jiwa terbakar.
Hati yang beku, nurani pun padam,
terjerumus dalam kelamnya kelam.
Kejujuran adalah cahaya yang terang,
menghancurkan bayang dusta yang malang.
Mereka yang teguh dalam kebenaran,
akan berdiri kokoh dalam kemuliaan.
Tinggalkan dusta, jauhi nista,
karena tiap kata kan dihisab-Nya.
Dan kelak di akhir segala cerita,
hanya yang jujur yang kekal bahagia.