Senin, Maret 10, 2025
No menu items!
spot_img

PUISI: Doa, Metamorfosis Ramadan dan Jiwa dalam Puasa

spot_img
Must Read

Doa di Pagi Sabtu

Di pagi Sabtu yang penuh cahaya,
kulangitkan doa setulus jiwa.
Ampunilah kami, Ya Rabbul Izzah,
juga ayah, ibu, dan keluarga.

Berikanlah umur yang bermanfaat,
sehat nan afiat, jauh dari mudarat.
Tuntun langkah di jalan lurus,
menuju ridho-Mu yang tak terputus.

Jadikan syukur hiasan hati,
atas nikmat-Mu yang tiada henti.
Karuniakan kebaikan dunia akhirat,
lindungi kami dari siksa berat.

Ya Allah, Engkaulah Maha Pemurah,
tempat segala harap dan pasrah.

Metamorfosis Ramadhan

Bulan suci datang menyapa,
laksana fajar merona cahaya,
mengajak jiwa untuk berbenah,
menjalani puasa dengan penuh makna.

Seperti ulat merayap perlahan,
terkungkung dalam diam kepompongnya,
hingga tiba saatnya menjelma indah,
menjadi kupu-kupu yang mempesona.

Wahai insan, renungkanlah,
Ramadhan adalah madrasah jiwa,
tempat belajar menahan diri,
dari syahwat, amarah, dan prasangka.

Orang beriman berjalan rendah,
tak angkuh meski dunia menggoda,
membalas cercaan dengan senyum,
menabur salam di tiap langkahnya.

Malam pun menjadi saksi,
di sujud panjang mereka menangis,
merangkai doa dalam sunyi,
mengharap kasih Tuhan pengampun.

Seperti kupu-kupu menghirup madu,
mereka memilih yang halal, yang baik,
menjauhi tipu dan dusta dunia,
agar puasa tak sekadar dahaga.

Berbahagialah yang bermetamorfosis,
dari gelap menuju cahaya,
hingga akhirnya terbang ke langit,
dalam ridha Ilahi yang abadi.

Metamorfosis Jiwa dalam Puasa

Di dunia sunyi, ulat merayap,
rakus mengunyah dedaunan lelap,
namun tiba saatnya ia tersadar,
hidup bukan sekadar lapar dan lapar.

Ia pun berhenti, ia berpuasa,
menyepi dalam selubung asa,
menutup diri dari gemerlap dunia,
menanti takdir yang lebih mulia.

Berpekan-pekan ia diam membisu,
mengolah diri dalam kepompong rindu,
hingga pecahlah selubung fana,
menjelma kupu-kupu nan mempesona.

Dulu ia menjijikkan, kini menawan,
dulu perusak, kini menebar kebaikan,
dulu rakus tak kenal batas,
kini hanya memilih yang suci dan pantas.

Begitulah puasa mendidik hati,
menyucikan jiwa dari noda dan iri,
mengangkat derajat insan beriman,
menjadi hamba yang penuh ketakwaan.

Tak lagi tunduk pada dunia,
tak lagi hanyut dalam dusta,
ia memilih jalan cahaya,
menyemai rahmat bagi sesama.

Wahai insan, belajarlah darinya,
jadilah kupu-kupu yang membawa makna,
agar puasamu bukan sekadar dahaga,
tapi metamorfosis menuju surga.

spot_img

Kisah Kian Banyak Non-Muslim Ikut Puasa: Refleksi dan Spiritualitas

JAKARTAMU.COM | "Tidak seorang pun di keluarga saya tahu saya berpuasa pada hari itu," tutur Raveena Kumari, seorang wanita...

More Articles Like This