Kamis, Maret 13, 2025
No menu items!
spot_img

PUISI: Doa Sembilan Naga dan Seni Diam yang Mulia

spot_img
Must Read

Doa di Pagi Kamis

Oleh: Dwi Taufan Hidayat

Alhamdulillah, fajar menyapa,
membawa cahaya, membelah gulita.
Semoga sisa umur yang tersisa,
berlimpah berkah, penuh makna.

Duhai Rabb, Sang Maha Kasih,
anugerahi sehat, kuat nan gigih.
Limpahkan rahmat tanpa henti,
dalam taufik dan hidayah suci.

Bagi yang sakit, ringankan beban,
sembuhkan luka, hilangkan duka.
Ijabahi doa yang terus dipanjatkan,
jadikan harapan nyata sempurna.

Kamis menyapa, semangat membara,
melangkah tegap, jiwa membaja.
Sejahtera, bahagia, penuh daya,
berkah Ilahi selalu bersama.

Aamiin.

Sembilan Naga dan Negeri yang Terkunci

Di atas takhta tanpa mahkota,
mereka bertahta, tak tersentuh siapa.
Tak lahir dari suara rakyat,
tapi membeli negeri dengan licik dan lihai.

Mereka bukan raja, bukan penguasa,
tapi tangan besi mereka mencengkram negara.
Menulis hukum dengan tinta emas,
mengubah keadilan jadi permainan kelas.

Di balik kaca tinggi mereka bersandiwara,
berwajah malaikat, bertaring buaya.
Mereka jual beras, mereka atur harga,
rakyat menangis, mereka tertawa.

Gunung emas, nikel, dan batu bara,
bukan milik negeri, tapi kuasa mereka.
Bila hukum menghalang, hukum diubah,
bila peraturan mengikat, aturan dibeli.

Cahaya negeri di genggaman mereka,
listrik, BBM, semua bernilai rupiah.
Jika mereka mau, sekejap gulita,
dan bangsa ini lumpuh tak berdaya.

Obat penyembuh di genggamannya,
sakit rakyat jadi lahan laba.
Sehat bukan takdir semata,
tapi angka dalam neraca dagang mereka.

Media mereka kuasai diam-diam,
mengubah fakta, menyulap kebenaran.
Siapa bersuara, pasti dibungkam,
bila perlu, raib tanpa jejak dalam kelam.

Mereka tak memegang senjata,
tak perlu pedang, tak perlu peluru.
Uang mereka cukup berbicara,
merobohkan benteng tanpa suara.

Mereka dalang, mereka pesulap,
mengubah aum jadi meong lesu.
Mereka mencipta tiran tanpa tentara,
dan negeri ini tunduk, tertunduk lesu.

Sampai kapan kita terbuai sandiwara?
Sampai kapan suara dijual harga?
Jika pemimpin terus menunduk patuh,
jika rakyat tetap diam membisu,
maka negeri ini takkan benar-benar merdeka.

Seni Diam yang Mulia

Belajarlah diam dalam kebijaksanaan,
seperti embun yang tak riuh berjatuhan.
Ia tak bertanya pada daun yang layu,
tak menyingkap luka yang tersembunyi pilu.

Diam bukan berarti tak peduli,
bukan bisu yang mati rasa.
Tapi diam adalah penjaga diri,
agar lisan tak jadi senjata.

Tak semua harus kita tahu,
tak semua perlu kita kupas.
Sebab tiap insan punya rahasia,
yang tak butuh tangan lain mengungkapnya.

Jangan tergoda mencela sesama,
jangan terburu menghakimi dosa.
Mungkin yang kau cerca hari ini,
esok lebih mulia dari dirimu sendiri.

Janganlah kaki melangkah sembarang,
janganlah lisan bermain bimbang.
Berbicaralah hanya saat perlu,
agar kata tak berubah semu.

Belajarlah diam dalam kemuliaan,
seperti laut yang menyimpan dalam.
Ia tak gaduh saat ombak menerjang,
hanya memberi makna dalam kedalaman.

Sebab diam bukan kelemahan,
tapi penjaga dari kehancuran.
Dan dalam sunyi yang penuh makna,
jiwa lebih dekat pada Sang Pencipta.

spot_img

Tunjangan Guru Akan Ditransfer Langsung Sebagai Hadiah Lebaran

JAKARTAMU.COM | Kabar membahagiakan untuk para guru Aparatur Sipil Negara (ASN) Daerah menjelang Idulfitri atau Lebaran, yaitu tunjangan guru...

More Articles Like This