Doa di Pagi Selasa
Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Di fajar yang bening, langit berdoa,
Membisikkan harap dalam cahaya,
Ya Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Sempurna,
Limpahkan berkah di hari Selasa.
Teteskan ilmu bagaikan embun,
Menyejuk hati, menerangi junun,
Rezeki halal mengalir deras,
Mengisi hidup dengan tulus ikhlas.
Bukakan jalan, lapangkan langkah,
Jauhkan rintangan, hempaskan resah,
Mudahkan segala urusan kami,
Agar hidup penuh harmoni.
Bagi yang terbaring dalam derita,
Angkat sakitnya, pulihkan raga,
Sebagaimana Engkau Yang Maha Menyembuhkan,
Sehatkan tubuh, kuatkan iman.
Selamat pagi, wahai saudara,
Jemput hari dengan semangat membara,
Semoga sukses selalu menyertai,
Dalam ridha-Nya kita berbakti.
Hak dan Bathil Tak Mungkin Bersatu
Di persimpangan waktu yang fana,
dua jalan terbentang nyata,
hak dan bathil saling berbenturan,
tak mungkin bersatu dalam genggaman.
Hak adalah cahaya membias,
petunjuk lurus, janji yang jelas,
bathil hanya bayangan semu,
terhias indah, namun palsu.
Meski sesaat tampak rukun,
hak dan bathil tak mungkin berpadu,
seperti siang menolak malam,
seperti kebenaran menolak kelam.
Lihatlah mereka yang ragu,
mencampur haq dengan debu,
mengenakan jubah suci,
tapi menyembunyikan nur Ilahi.
Maka wahai jiwa yang mencari,
berpegang teguh pada cahaya Ilahi,
sebab bathil meski bersinar terang,
pasti pudar, pasti hilang.
Ya Allah, tunjukkanlah yang haq itu nyata,
dan berikan kami kekuatan menjaganya,
hindarkan kami dari tipu daya,
agar selamat menuju ridha-Mu semata.
Empat Perkara Pengikis Ikhlas
Di jalan sunyi menuju cahaya,
keikhlasan laksana mutiara,
bening, berkilau dalam nestapa,
namun rapuh jika tercela.
Riya hadir bagai bayang semu,
amal terulur, namun untuk dipuji,
bukan karena rindu Ilahi,
hanya haus sanjungan manusiawi.
Sum’ah berbisik lirih di hati,
ingin didengar, ingin dipuji,
amal diumbar lewat kata,
bukan karena cinta semata.
Ujub mengakar dalam dada,
merasa tinggi di singgasana,
melihat diri seolah cahaya,
tanpa sadar, tersesat jua.
Hasad bagaikan api membara,
menyulut iri, membakar asa,
ingin melihat yang lain nestapa,
tanpa sadar, hati pun luka.
Wahai jiwa yang merindu Tuhan,
bersihkan niat, sucikan iman,
agar ikhlas tetap terjaga,
hingga rahmat-Nya menyapa jiwa.