Doa di Hari Selasa
Ya Rabb, di pagi ini kupanjatkan rindu,
Pada-Mu yang Maha Lembut, Maha Tahu.
Limputkan ilmu yang membawa berkah,
Seperti hujan yang basahi bumi gersang,
Menyuburkan akal, mencerahkan kalbu.
Rizki halal mengalir, tak pernah sirna,
Layaknya sungai yang setia menuju muara.
Tanpa debur curang, tanpa noda dosa,
Murni anugerah-Mu, penuh berkah dan asa.
Terimalah setiap langkah, setiap amal,
Yang kupersembahkan dengan hati yang jujur dan ikhlas.
Jadikan hari ini pintu kemudahan nan lebar,
Bentangkan jalan-Mu, jauhkan segala duri penghalang.
Bagi yang sakit, sembuhkan dengan kasih-Mu,
Lembutkan rasa nyeri dengan sentuhan rahmat-Mu.
Pulihkan duka, ganti lara dengan cahya-Mu,
Agar mereka kembali tegak, bersyukur pada-Mu.
Selamat pagi, saudaraku, semangat mengawali,
Hari ini adalah kanvas, lukislah dengan karya terbaik.
Sukses dan rahmat-Mu selalu menyinari,
Menerangi langkah, menguatkan hati yang letih.
Di Selasa ini, ijinkan kami berlari,
Menuju ridha-Mu, dengan hati yang suci.
Bimbing kami, ya Allah, dalam setiap detik dan nafas,
Agar hidup ini selalu berarti, penuh makna dan berkah.
Tanda Puasa Diterima
Ramadan berlalu, bagaikan angin,
Meninggalkan jejak di hati yang dingin.
Namun, benarkah ibadah kita bersemi,
Ataukah hanya berlalu, sunyi?
Tanda diterima bukan sekadar rasa,
Tapi amal berlanjut, terus membara.
Jika kebaikan tetap menyala,
Itulah rahmat, tanda diterima.
Lihatlah Syawal, cahaya berpijar,
Mengajak kita terus bersabar.
Puasa kembali, tanda nyata,
Bahwa Ramadan tak sia-sia.
Namun, jika selepasnya redup kembali,
Ibadah terhempas, nafsu berseri,
Maka tanyakan pada diri,
Sudahkah Ramadan melebur nurani?
Ya Allah, teguhkan langkah ini,
Agar ibadah tak hanya sekali.
Bimbing hati, kuatkan jiwa,
Menuju ridha-Mu selamanya.
Doa di Langit Gaza
Di langit Gaza, doa terbang tinggi,
meniti luka di sunyi negeri,
di balik reruntuhan nestapa berseri,
menanti fajar di ufuk ilahi.
Langit berbisik, bumi bersaksi,
tangis anak-anak menjelma nyanyi,
rindu pada damai yang tak kunjung kembali,
hanya pada-Mu, Tuhan, mereka berserah diri.
Ya Allah, hujanilah mereka cahaya,
di gelap malam yang penuh lara,
jadikan sabar sebagai benteng jiwa,
jadikan iman nyala yang tak padam jua.
Balaslah, ya Rabb, musuh yang bengis,
mereka menjarah, mereka menindis,
namun di hati ini tetap tertulis,
حسبنا الله ونعم الوكيل,
kami tak gentar, kami tak habis.
Di Gaza, darah menjadi saksi,
di Gaza, doa tak henti bersemi,
karena di Gaza, surga berjanji,
bagi yang teguh, bagi yang suci.
Saksi Daging dan Tulang
Bila mulut dikunci rapat dalam bisu,
tangan yang akan bersuara menggugat dusta,
kaki-kaki pun bersaksi tanpa malu,
mengungkap rahasia yang terpendam durja.
Di hari nanti, saat kulit diminta bicara,
ia takkan berbasa-basi, tak sudi berbohong,
“Allah yang memberi kami kata,”
katanya lantang membelah ruang kesesatan.
Kau kira dokumen palsu akan abadi?
Kau sangka rekayasa takkan terungkap?
Setiap huruf yang kau catat palsu,
akan terpatri dalam daging, dalam tulang.
Ah, akademik yang dikhianati,
jurusan fiktif jadi candu kekuasaan,
tapi bumi dan langit menyimpan memori,
lebih jujur dari pengadilan manusia.
Saudaraku, jaga setiap langkah,
sebab telapak kakimu kelak berseru,
mengisahkan debu-debu yang kau pijak,
dan ke mana ia mengalir dalam waktu.
Lisan boleh terlatih dalam tipu,
tapi pori-pori ini akan bersaksi,
menggugat setiap keringat kebohonganmu,
di hadapan Yang Maha Melihat nanti.