PUISI: Dwi Taufan Hidayat,
Doa di Pagi yang Berkah
Di ufuk timur fajar merekah,
Membawa sinar penuh berkah.
Kamis pagi menyapa lembut,
Dengan harapan yang tak surut.
Alhamdulillah, syukur dipanjat,
Atas nikmat yang tiada tersirat.
Hidup bernafas dalam rahmat-Nya,
Langkah terjaga di jalan cinta-Nya.
Wahai Pemilik alam semesta,
Limpahkan taufik bagi yang lelah,
Hidayah bagi yang mencari,
Kesehatan bagi yang diuji.
Bagi saudara yang dirundung sakit,
Hapuslah derita, kuatkan raga.
Bagi hati yang gundah gulana,
Teduhkan jiwa dengan cahaya.
Ya Allah, Engkau Maha Pengasih,
Setiap doa Engkau dengar bersih.
Ijabahlah pinta yang menggema,
Dalam sujud, dalam asmara.
Kamis pagi, saatnya melangkah,
Dengan semangat, dengan gigih.
Sejahtera dan bahagia di dada,
Meniti hidup dengan percaya.
Maka, bergeraklah dengan tekad,
Jangan lelah, jangan goyah.
Setiap usaha yang kita tanam,
Kan berbuah berkah yang mendalam.
Ya Rabb, berikanlah umur yang berkah,
Lindungi kami dalam langkah,
Hingga tiba saat bertemu-Mu,
Dengan hati bersih, rindu tak jemu.
Aamiin, ya Rabbal ‘Alamiin.
Diam dalam Pikir, Bicara dalam Zikir
Diam bukan hampa, bukan tanpa makna,
ia perenungan di sudut jiwa,
menghitung langkah, menguji kata,
agar tiap lafaz tak sia-sia.
Berbicara bukan sekadar suara,
tapi dzikir yang menyalakan cahaya,
setiap hembusan nafas bermakna,
mengingat-Nya dalam tiap jeda.
Sufi berjalan dalam sunyi,
bukan karena takut, bukan karena lari,
tapi dalam diam, ia mendengar,
bisikan langit yang penuh sabar.
Mereka dipukul, mereka dicela,
namun balasannya tetap cinta,
sebab hati yang penuh cahaya,
tak tersentuh dendam dunia.
Diamnya mereka bukan kelalaian,
tapi fikiran yang dalam dan tajam,
memilah dunia dengan kebijaksanaan,
menyaring cahaya di antara kelam.
Maka beruntunglah mereka yang paham,
bahwa diam bukanlah sekadar diam,
dan kata bukan sekadar ucapan,
tapi dzikir yang menjadi pegangan.
Ya Allah, tetapkan hati kami,
agar diam kami penuh makna,
dan bicara kami menyalakan cahaya,
hingga Engkau ridho dalam tiap nada.
Cahaya Akhlak di Tengah Ujian
Di balik mata yang memandang sendu,
Ada hati yang menilai semu.
Tak semua kebaikan tampak nyata,
Tak semua pujian penuh makna.
Orang dengki melihat hitam di putih,
Si kikir tak mengerti arti memberi.
Lidah berbisa menebar prasangka,
Seolah kebenaran hanya miliknya.
Namun biarlah dunia berkata sesuka,
Hakikat tak lahir dari suara.
Bukan manusia yang menakar nilai,
Tapi Allah yang Maha Mengetahui segala yang tersembunyi.
Kuat bukan yang meremukkan lawan,
Tapi yang menahan api dalam genggaman.
Saat amarah membakar dada,
Ia memilih sabar, bukan murka.
Seperti laut yang menyimpan badai,
Namun tetap mengalir dengan damai.
Menolak dendam, memilih maaf,
Melembutkan hati yang hampir punah.
Senyum bukan sekadar gerak bibir,
Tapi cahaya yang menghapus getir.
Dalam sempitnya ruang kehidupan,
Senyum adalah jembatan harapan.
Ia menyapu duka dari wajah,
Seperti embun pagi menyejukkan tanah.
Karena di balik setiap kesulitan,
Ada tangan-Nya yang memberi kemudahan.
Maka, teruslah melangkah dalam kebaikan,
Meski dunia membalas dengan kesewenangan.
Pilihlah selalu jalan yang lurus,
Walau berbatu, walau terkikis arus.
Sebab di ujungnya ada cahaya,
Janji-Nya takkan pernah sirna.
Jalan Menuju-Nya
Di tiap napas yang lirih berbisik,
Ada janji-Nya yang tetap mengalir.
Dekat tak selalu tampak kasat,
Namun hati yang yakin akan mengingat.
Doa yang lirih dalam sunyi,
Takkan jatuh sia-sia di bumi.
Setiap keluh yang kita tahan,
Menjadi jalan menuju Tuhan.
Kesedihan bukanlah kehancuran,
Tapi panggilan untuk lebih bertahan.
Nikmat yang lupa kita syukuri,
Kadang diuji agar hati kembali.
Bila dunia terasa sempit,
Jangan sangka Allah telah menghindar.
Dia lebih dekat dari urat nadi,
Menunggu hamba-Nya kembali bersandar.
Mendekat sejengkal, Dia datang sehasta,
Melangkah perlahan, Dia berlari menyambut kita.
Mengucap nama-Nya dalam sepi,
Maka di langit kita disebut penuh kasih.
Ujian yang berat hanyalah tanda,
Bahwa kasih-Nya tak pernah sirna.
Tiada luka tanpa makna,
Tiada duka tanpa cinta-Nya.
Maka bersabarlah dalam ketetapan,
Sebab Dia lebih tahu dari harapan.
Di balik musibah dan air mata,
Ada rahmat yang lebih mulia.