Rabu, April 2, 2025
No menu items!
spot_img

PUISI: Idulfitri di Bawah Langit Gaza, Jangan Sirna Begitu Saja, dan Kebaikan

Must Read

Doa di Fajar Senin

Ya Allah, pagi ini kami bersimpuh,
menyambut mentari dalam sujud teduh,
jadikan Senin ini berkah berlabuh,
penuh rahmat, penuh ampunan yang utuh.

Bimbinglah mata menatap cahaya,
agar hanya kebaikan yang tampak nyata,
tuntun lidah berkata jujur dan mulia,
mengalirkan hikmah dalam setiap kata.

Gerakkan tangan untuk membantu,
melapangkan beban saudara yang pilu,
langkahkan kaki menuju rumah-Mu,
meniti jalan menuju rida dan restu.

Ya Rozzaq, limpahkan rizki halal,
dari penjuru yang tak terduga datangnya,
agar manfaat tersebar luas dan kekal,
menjadi cahaya bagi yang membutuhkan bahagia.

Jadikan keluarga dan sahabat kami,
warna-warni kehidupan yang damai,
rukun dalam kasih, teduh dalam harmoni,
tak goyah meski badai menerpa ramai.

Angkatlah penyakit yang menyiksa,
gantilah dengan kesehatan yang sempurna,
berikan usia yang penuh makna,
hingga akhir nanti dalam husnul khotimah.

Dan di ujung perjalanan fana ini,
satukan kami di taman surga-Mu nanti,
tempat tiada lagi duka dan sunyi,
hanya damai dalam kasih abadi.

Aamiin, ya Rabbal ‘Alamin.

Idulfitri di Bawah Langit Gaza

Di bawah langit yang kelam membara,
takbir menggema dalam lara,
bukan gema riang di rumah terbuka,
melainkan jerit di reruntuhan nestapa.

Rudal jatuh bagai petir murka,
merobek tenda, membakar nyawa,
Lebaran di sini bukan pesta,
hanya duka yang tiada reda.

Anak-anak dengan boneka debu,
tertawa lirih di puing sendu,
sementara ibu menggenggam doa,
tak tahu esok masih ada.

Di rumah sakit yang kehabisan cahaya,
jenazah syuhada ditandu ke surga,
petugas kemanusiaan yang telah tiada,
syahid di tangan tirani durjana.

Gaza, kota yang lapar dan haus,
dikepung derita, dikurung angkara,
namun iman tak pernah pupus,
meski dunia menutup mata.

Ya Allah, di langit-Mu kami mengadu,
di tanah-Mu kami bersimpuh,
jika pagi tak lagi bertamu,
jadikan syahid cahaya teduh.

Jangan Sirna Begitu Saja

Wahai jiwa yang ditempa suci,
Ramadhan usai, namun jangan kau lari.
Takwa yang tumbuh, suburkan lagi,
Bukan sekadar bayang yang lalu pergi.

Takbir menggema di langit raya,
Membesarkan Allah, mengerdilkan hampa.
Tahmid mengalun, syukur tiada tara,
Namun, adakah hati tetap setia?

Puasa mengajarkan sabar nan tabah,
Menahan lapar, menahan amarah.
Kini tibalah ujian sesungguhnya,
Apakah kau masih teguh dalam taat-Nya?

Di kala fajar sujudmu khusyuk,
Jangan biarkan lenyap dalam lalai terhuyung.
Di kala malam ayat kau lantunkan,
Jangan biarkan sunyi tanpa alunan.

Ramadhan bukan sekadar kenangan,
Tapi madrasah membentuk keimanan.
Tinggalkan bukan berarti melupakan,
Namun terus menjadikannya pegangan.

Rabbana, limpahkan hidayah abadi,
Agar langkah tak tersesat kembali.
Bantu kami tegak dalam kebaikan,
Hingga ajal menjemput dalam kemuliaan.

Ya Allah, tunjukkan kami jalan-Mu,
Kuatkan hati dalam restu.
Jangan biarkan iman melemah,
Jangan sirna begitu saja.

Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin…

Sibukkanlah dengan Kebaikan

Waktu berlari tanpa menoleh,
detik-detik mengikis nafas yang singkat.
Siapa yang lengah dalam gelapnya alpa,
pasti terjerat bayang-bayang sesal yang pekat.

Ibnul Qayyim telah berkata tegas,
“Menyia-nyiakan waktu lebih tajam dari kematian.”
Sebab ia merenggut cahaya akhirat,
dan menjauhkan diri dari Tuhan semesta alam.

Maka sibukkanlah dengan kebaikan,
sebelum batil menjerat dalam kebodohan.
Sebab hati yang kosong tak pernah diam,
akan dipenuhi oleh fatamorgana kesia-siaan.

Allah bersumpah dalam firman-Nya,
wal-‘ashri, wad-dhuha, wal-lail.
Demi waktu yang terus berjalan,
agar kita sadar betapa berharganya tiap hembusan nafas.

“Waktu adalah nafas yang tak akan kembali,”
pepatah Arab mengingatkan kita.
Sebagaimana Ibnu Mas’ud mengeluh pilu,
“Hari berlalu, umur berkurang, namun amal tak bertambah.”

Tidakkah kita merasa khawatir?
Sedangkan Hasan Al-Bashri telah mengingatkan:
“Aku bertemu kaum yang lebih pelit pada umur mereka,
dari pada mereka kikir dengan hartanya.”

Sungguh, sibukkanlah dengan kebaikan,
sebelum waktu terbuang sia-sia.
Jika tak diisi dengan kebenaran,
pasti kebatilan akan merenggut seluruhnya.

Rasulullah pun telah bersabda,
“Dua nikmat yang sering dilupakan manusia,
kesehatan dan waktu senggang,”
begitu berharga, namun kerap disia-siakan.

Wahai diri yang terlena,
aturlah hidup, tetapkan tujuan.
Jangan biarkan waktu menguap percuma,
hingga ajal tiba, tangan hampa tanpa bekal.

Semoga Allah memberi taufiq,
agar kita tak lalai dalam perjalanan fana.
Semoga setiap detik yang tersisa,
menjadi cahaya yang menuntun ke surga-Nya.

Apa yang Dirayakan dari Lebaran Ketupat?

UMAT Islam di Indonesia memiliki tradisi yang khas untuk menyambut datangnya Idulfitri di setiap daerah. Salah satunya ketupat, khususnya...

More Articles Like This