Kecupan Cinta
Saat fajar merekah di ufuk timur,
Angin berbisik lirih penuh syukur.
Seutas senyum, sekejap mesra,
Sebuah kecupan, sejuta makna.
Ciuman hangat sebelum berpisah,
Bukan sekadar ritual tanpa arah.
Ia tenangkan jiwa yang gelisah,
Menjadi pengingat dalam langkah.
Pada dahi sang buah hati,
Kecupan ibu bagai mentari.
Menyalakan semangat dalam diri,
Menghalau kelam di pagi hari.
Dan suami yang pamit bekerja,
Membawa restu dalam dada.
Kecupan istri yang tulus makna,
Jauhkan godaan di sepanjang masa.
Bukan sekadar sentuhan bibir,
Tapi bahasa hati yang tak terpikir.
Ia redakan badai, meneduhkan rasa,
Mengikat setia, membangun cinta.
Maka jangan biarkan pagi berlalu,
Tanpa kecupan yang syahdu.
Karena dalam dekap yang sederhana,
Tersimpan cinta yang tak terkira.
Cahaya Dua Belas Rakaat
Di fajar yang suci, embun berpendar,
Dua rakaat sebelum Subuh bersinar.
Lebih indah dari dunia fana,
Menggapai ridha, mendekat surga.
Di kala Dzuhur mentari menyala,
Empat rakaat menjadi cahaya.
Dua sesudahnya menambah teduh,
Hati bersujud, jiwa pun tunduk.
Senja merekah di ufuk merah,
Dua rakaat Maghrib menyejuk lelah.
Malam berbisik dalam ketenangan,
Isya dua rakaat, janji ketentraman.
Shalat rawatib, pelita abadi,
Jejak menuju rumah Ilahi.
Siapa menjaga, siapa setia,
Surga menanti, janji-Nya nyata.
Ya Allah, bimbing langkah kami,
Agar tak lalai, agar tak hampa.
Cahaya dua belas rakaat ini,
Jadikan bekal menuju surga.
Berdirilah untuk Kebenaran
Berdirilah meski kau sendiri,
Di atas kebenaran yang tak terbeli.
Meski fitnah berhembus kejam,
Tak akan redup cahaya Islam.
Kebenaran tak butuh suara ramai,
Tak gentar meski sunyi mencekam.
Ia bagaikan matahari di ufuk pagi,
Datang perlahan, tapi pasti berseri.
Orang-orang lalai mengukir dusta,
Menukar nurani dengan prasangka.
Namun kebenaran tak kan tersesat,
Walau dipendam seribu sekat.
Pendusta adalah pencuri akal,
Menyelimuti dusta dalam sandiwara.
Namun kejujuran tak kan luntur,
Bagaikan embun di pagi yang syukur.
Jangan takut berdiri tegak,
Meski langkah terasa berat.
Kebenaran akan membela diri,
Takkan tumbang meski diuji.
Mereka yang marah mendengar kebenaran,
Adalah jiwa yang terperangkap kebohongan.
Jangan biarkan dusta berkuasa,
Tegakkan nurani, usir gelisah.
Berdirilah, walau sendirian,
Karena kebenaran tak butuh banyak kawan.
Ia berdiri dengan gagah berani,
Meski tertutupi, kelak berseri.
Semoga Allah menjaga hati,
Agar tetap teguh, tak menyimpang lagi.
Di jalan kejujuran, di jalan cahaya,
Menuju ridha-Nya, selamanya.