Doa di Pagi Ahad
Di pagi Ahad yang ranum cahaya,
kukirim salam lewat udara maya.
Wahai saudara, apa kabarmu kini?
Semoga damai bersemi di hati.
Ya Allah, Dzat Pemilik fajar dan senyap,
dengan agung Asma-Mu yang tiada terungkap,
muliakan jiwa yang membaca doa ini,
lapangkan dadanya, tenangkan nurani.
Sehatkan raganya, kuatkan langkahnya,
bahagiakan rumahnya, sinari keluarganya.
Jadikan anak-anaknya insan yang santun,
seperti bunga iman mekar tak surut musim pun.
Limpahkan rezeki seluas samudra-Mu,
yang tak pernah habis diseru waktu.
Mudahkan urusannya, luruskan jalannya,
kabulkan cita dan harap yang dijaganya.
Lindungi ia dari prasangka dan dusta,
dari fitnah dunia dan luka yang nestapa.
Tutuplah pintu bagi penyakit dan musibah,
naungilah ia dalam kasih yang tak berubah.
Terimalah amal-amalnya yang tulus,
seperti embun menyerap cahaya yang mulus.
Dan kelak, ya Rabb, bila waktu bersua,
jadikan ia penghuni surga-Mu nan mulia.
Kuda Kepang dan Kuda Troya
Di medan sunyi yang penuh debu
Satu lembar ijazah mengoyak waktu
Bangsa tertegun, jiwa pun beku
Ketika nalar diuji, nurani terpaku
Kuda Kepang menari dalam kesurupan
Bukan gila, tapi siasat penuh keteguhan
Membiarkan badai menggulung perlahan
Agar topeng tersibak tanpa paksaan
Lalu muncullah Kuda Troya dengan isi muslihat
Perutnya sarat pasukan berlidah lipat
Namun gerah mulai merayap cepat
Kesurupan membakar logika yang rapat
Dalang pun panik, wayang dilempar
Kulitnya diklaim asli, bukan tempelan pasar
Tapi rakyat tak bodoh, sejarah mengakar
Yang palsu takkan bisa jadi benar
Ini bukan perang biasa, ini simfoni luka
Siasat dan dusta bertarung di arena
Antara aborsi dan amputasi tiada jeda
Menanti waktu, menggulung fakta
Kuda Kepang menari di malam gulita
Kuda Troya berderak di tengah tanya
Medan perang sudah terbuka nyata
Kebenaran menunggu, tak bisa lama
Bangkitlah, wahai akal yang waras
Jangan biarkan nista jadi waris
Satu bangsa, satu resah yang keras
Ijazah palsu, luka yang harus dibersih tegas
Dzikir yang Menjaga Semesta
Tatkala fajar menyentuh cakrawala,
Dan senja memeluk sunyi yang fana,
Jangan biarkan lidah terdiam saja—
Rawatlah hati dengan dzikir yang nyata.
Pagi bukan sekadar awal cahaya,
Petang bukan akhir tanpa makna,
Di sela waktu, ada mutiara—
Dzikir, penawar luka jiwa.
Dosa luruh bagai daun gugur,
Setan gentar, tak mampu menyusup akar,
Ketenangan pun hadir tanpa gusar,
Seolah hati dirawat oleh sabar.
Dzikir pagi petang, penjaga sunyi,
Pelindung dari derita yang tak terperi,
Penggugur nestapa, pelancar rezeki,
Jalan menuju ridha Ilahi.
Al-Imam Syaukani pun berpesan tulus,
Amalan ini pahala tak terputus,
Yang ingin selamat dari badai yang buas,
Berpeganglah, jangan pernah lepas.
Di balik lafaz yang sederhana,
Tersembunyi benteng nan luar biasa,
Bagi yang tekun, bagi yang percaya,
Dunia terjaga, akhirat bersahaja.
Maka, tetaplah kau menjaga wiridmu,
Setiap pagi, dan kala senja merunduk syahdu,
Karena siapa yang menjaga dzikirnya utuh,
Akan dijaga oleh Allah, seutuh-utuhnya penjaga penuh.
Kenikmatan Semu, Derita Hakiki
Dalam sunyi yang tak bertuan,
nafsu berdansa di panggung kekuasaan,
berbalut jubah kemewahan semu,
ia menebar madu dalam racun yang bisu.
Korupsi menyulam dusta di dada negeri,
kolusi menari di balik tirai ilusi,
nepotisme mencumbu hak yang suci,
semua demi singgasana yang tak abadi.
Mereka lupa,
ada Tuhan di balik tiap helaan nafas,
ada kitab yang tak pernah bias,
ada ridha yang tak bisa dibeli emas.
Ibnu Qayyim menggores makna:
hawa nafsu, bukan musuh selama tak buta,
bila ia condong pada cahaya,
maka ia teman menuju surga-Nya.
Namun bila ia menolak kebenaran,
dan membenamkan diri dalam kezaliman,
maka ia menjadi ilah palsu,
yang menyesatkan jiwa hingga beku.
Tak semua lapar harus dikenyangkan,
tak semua ingin patut dituruti,
karena bukan kenikmatan sejati
bila ia menanggalkan nurani.
Rasul berkata, jihad besar dimulai,
bukan melawan musuh bersenjata,
tapi memerangi jiwa yang membangkang,
yang menolak tunduk pada Sang Penggenggam.
Wahai yang berburu nikmat fatamorgana,
sadarkah engkau sedang menjual surga?
Sementara dunia hanya sebentar saja,
dan amalmu tak bisa dibeli jabatan atau harta.
Bangkitlah dari arus yang menyesatkan,
tundukkan nafsu dengan dzikir dan sujud panjang,
karena kemuliaan bukan pada tahta yang mengawang,
melainkan pada hati yang tetap tenang dalam ujian yang datang.