Jumat, Maret 7, 2025
No menu items!

PUISI: Merintih dalam Doa, Indonesia Tanah Air Siapa, Berkah Sahur, dan Takdir

Must Read

Merintih dalam Doa

Oleh: Dwi Taufan Hidayat

Tuhanku, kulipat raga dalam sujud,
menyusun kata dalam rintih sendu.
Aku debu di hamparan semesta,
tak berdaya tanpa kasih-Mu.

Betapa lemahnya daging dan tulang,
seperti Zakariya yang merintih renta.
Namun tak luruh harap di hati,
sebab janji-Mu tak pernah sirna.

Seperti Ayyub yang berserah penuh,
dalam derita yang menyelimuti.
Ia hanya bisikkan satu pinta,
“Tuhanku, Engkau Maha Penyayang.”

Maka kubuka tanganku nan hampa,
mencari kasih di lautan rahmat.
Karena Engkau takkan biarkan,
hamba pulang tanpa pengabulan.

Tuhanku, inilah aku—
jiwa hina, lemah, dan butuh.
Tapi kuyakini, dalam sujudku,
ada cinta yang tak pernah runtuh.

Indonesia, Tanah Air Siapa?

Indonesia, tanah air siapa?
Katanya tanah air beta,
Sejak dulu kala dijanjikan sejahtera,
Namun derita kian merajalela.

Petani dirampas sawahnya,
Nelayan dipagari lautnya,
Buruh murah miskin dan sengsara,
Hingga akhir menutup mata.

Gunung ditambang, hutan dibakar,
Sungai menghitam, langit mengabur,
Rakyat bertahan di tanah yang pudar,
Mimpinya redup, suaranya kabur.

Tapi, masihkah harapan menyala?
Dalam luka yang terus menganga,
Ataukah hanya tinggal cerita,
Tanah air beta yang entah di mana?

Keberkahan Sahur dan Berbuka

Saat mentari tenggelam di ufuk senja,
tiba waktunya membasuh dahaga.
Segeralah berbuka, jangan berlena,
rahmat-Nya turun bagai cahaya.

Madu dan kurma, manis terasa,
membasuh letih, menguatkan raga.
Sabda Rasul janganlah lupa,
dalam sunah ada berkah nyata.

Di penghujung malam yang temaram,
sahur berbisik dalam kelembutan.
Tak sekadar remah di perjamuan,
tetapi cahaya dalam keberkahan.

Allah dan malaikat bersalawat,
bagi yang menyantap walau seteguk.
Membekali jiwa sebelum fajar,
menguatkan hati dalam sabar.

Maka, jalankan puasa dengan hikmah,
menyegerakan buka, mengakhirkan sahur.
Agar ibadah tak sekadar ritual,
tetapi jalan menuju ridha yang luhur.

Penggenggam Hati, Penggenggam Takdir

Wahai jiwa yang tengah meragu,
Duka dan tawa berpadu di satu waktu,
Sebab Allah yang Maha Tahu,
Menulis takdir jauh sebelum kau bernafas pertama kali di dunia itu.

Janganlah lemah, janganlah resah,
Sebab di hatimu bersemayam iman nan megah,
Lihatlah janji-Nya dalam firman indah:

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah kamu bersedih hati,
padahal kamulah yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman.” (QS. Ali ‘Imran: 139)

Maka kuatlah, wahai hati yang letih,
Jangan biarkan kesedihan menjadikanmu tersisih,
Sebab setiap lara, setiap nestapa,
Hanya jalan menuju nikmat yang lebih sempurna.

Bukankah hujan turun sebelum pelangi?
Bukankah malam pekat sebelum mentari?
Maka bersabarlah, karena Allah telah berjanji,
Musim semi kan datang setelah badai pergi.

Tertawa dan tangis, bahagia dan luka,
Semua dalam genggaman-Nya yang Maha Kuasa,
Sebagaimana firman-Nya:

وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى وَأَنَّهُ هُوَ أَمَاتَ وَأَحْيَا

“Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,
Dialah yang mematikan dan menghidupkan.” (QS. An-Najm: 40-44)

Maka hadapkan wajahmu ke langit nan luas,
Letakkan harapan hanya pada Yang Maha Ikhlas,
Karena tiada doa yang jatuh sia-sia,
Dan tiada sabar yang tak berbuah cahaya.

Saudaraku, bangkitlah dengan keteguhan,
Sandarkan hatimu di sisi Tuhan,
Karena Dia, Penggenggam kebahagiaan dan kesedihan,
Juga Sang Pengabul segala harapan.

Doa di Hari Jumat

Ya Allah, di hari yang penuh cahaya,
Kami bersimpuh, mengangkat doa,
Ampunilah dosa yang membeban jiwa,
Dosa kami, orang tua, dan keluarga tercinta.

Karuniakan umur yang bermanfaat,
Sehat wal afiat dalam nikmat,
Tuntun langkah di jalan lurus,
Jalan yang Engkau ridhoi dan tulus.

Jadikan kami hamba penuh syukur,
Atas rahmat-Mu yang tiada terukur,
Berikan dunia yang penuh berkah,
Dan akhirat yang indah, jauh dari murka.

Lindungilah kami dari azab neraka,
Dari fitnah dunia yang menggoda,
Dari fitnah kubur dan fitnah dajjal,
Dari gelapnya jalan yang menyesal.

Akhirilah hidup dalam sujud yang tenang,
Dengan husnul khotimah sebagai kenang,
Cukupkan bekal saat tiba panggilan,
Agar kami layak di hadapan-Mu, Tuhan.

Izinkanlah kami menatap wajah-Mu,
Bersama Rasul-Mu dalam surga nan syahdu,
Di hari Jumat yang penuh berkah ini,
Terimalah doa tulus dari hati.

Kesalahan Istri Nabi Luth sehingga Binasa Bersama Kaum Sodom

JAKARTMU.COM | Nabi Luth as berhijrah bersama Nabi Ibrahim as menuju Mesir. Paman dan keponakan ini tinggal di sana...

More Articles Like This