Doa di Pagi Rabu
Di pagi Rabu yang bercahaya,
kuangkat tangan penuh doa,
Ya Allah, ampunilah kami semua,
juga keluarga dan sahabat tercinta.
Berilah umur yang bermanfaat,
keselamatan, sehat yang afiat,
tunjukkan jalan lurus nan terang,
jalan yang Kau ridhoi sepanjang zaman.
Jadikan kami hamba bersyukur,
tak lalai atas nikmat-Mu yang subur,
berikan kebaikan dunia dan akhirat,
hindarkan dari siksa yang berat.
Ya Rabb, dalam sujud kami berseru,
rahmat-Mu luas tak berbatas waktu,
pimpin langkah di jalan-Mu,
hingga kelak bertemu di surga-Mu.
Aamiin, yaa Rabbal ‘Alamin.
Ketika Ilmu Kian Redup
Ketika ilmu kian meredup,
gelap menyusup, hakikat pun lumpuh,
kemungkaran tumbuh tanpa kendali,
sementara yang tahu memilih sunyi.
Dosa merajalela bagai ombak,
tiada tepi, tiada sekat,
hati membisu dalam takut,
padahal azab mengintai dekat.
Di mana suara yang menyeru?
Di mana tangan yang menegur?
Jika zalim dibiarkan berlalu,
maka murka-Nya pun tak terukur.
Ilmu sirna, bodoh berkuasa,
nafsu jadi pedoman utama,
benar dan salah kabur tak nyata,
hukum Ilahi dihina semaunya.
Ya Rabb, jagalah cahaya-Mu,
agar tak lenyap di hati kami,
jadikan kami penjaga kebenaran,
agar tak tenggelam dalam kesesatan.
Aamiin, yaa Rabbal ‘Alamin.
Tawakal Pada Yang Maha Kuat
Dalam gemuruh dunia yang riuh, Langit mendung, hati pun luluh. Namun siapa yang bersandar teguh, Takkan goyah, takkan runtuh.
Tawakal itu perisai jiwa, Dalam badai tetap percaya. Sejauh angin menerpa raga, Allah tetap sandaran nyata.
Bukan diam dalam kepasrahan, Bukan lemah tanpa tindakan. Seperti burung terbang pagi, Pulang senja dengan rezeki.
Ikatlah unta, lalu serahkan, Hasil takdir tetap di tangan. Yakinlah pada-Nya yang Maha Kuasa, Segala urusan pasti tertata.
Tak perlu cemas, tak perlu gundah, Allah cukup bagi yang berserah. Dalam genggam-Nya segala arah, Takkan tersesat, takkan lelah.
Maka luruskan niat yang suci, Jangan berpaling, jangan menyepi. Tawakal penuh, hati berseri, Karena Allah selalu peduli.
Tobat yang Hakiki
Jangan katakan taubat, lalu kau ingkar, Lidah bersuara, namun hati tegar. Taubat sejati bukan hanya kata, Tetapi jiwa yang benar-benar merasa.
Bukan janji yang hampa makna, Bukan lafaz tanpa aksara nyata. Taubat adalah air yang membasuh, Dosa lama luruh, hati kembali utuh.
Allah tak butuh sekadar ucapan, Namun rindu hamba penuh penyesalan. Yang menangis dalam sepi malam, Mengharap ampun dengan hati kelam.
Seperti embun jatuh ke bumi, Menyejukkan luka yang lama menyepi. Maka jangan tunda walau sedetik, Karena ajal datang tanpa mengetik.
Ucapkanlah dengan jiwa berserah, “Ya Allah, terimalah taubat hamba.” Bukan janji yang mudah pudar, Tapi tekad yang takkan bergetar.
Allah membentang tangan-Nya luas, Bagi yang kembali tanpa was-was. Maka kembalilah sebelum terlambat, Sebelum nyawa terhenti di batas hayat.