Doa di Pagi yang Berkah
Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Di pagi AHAD yang berseri,
Salam silaturahim menyapa hati,
Di antara cahaya asma-Mu yang agung,
Kuberdoa, menapaki harapan yang terbungkus.
Mulia insan yang membaca bait ini,
Bagai embun menyejukkan jiwa yang sepi,
Lapangkanlah hati, beri tenang pada raga,
Dalam setiap hela nafasku, tersulam cinta.
Keluarga bahagia, anak-anak sholih nan ceria,
Rezeki mengalir bagai lautan tanpa tepi,
Mudahkanlah urusan, kabulkan cita dan asa,
Hindarkan dari fitnah, penyakit, dan kata yang pedih.
Terimalah amal, titian menuju syurga abadi,
Jadikan kami hamba dalam ridha-Mu yang suci,
Di tiap bait doa terselip makna dan harmoni,
Di bawah naungan rahmat, hidup pun terukir saksi.
Fatamorgana Dunia
Dunia bagai fatamorgana,
Indah terpampang, namun semu belaka.
Ia menjanjikan bahagia,
Tapi hanya tipu daya yang fana.
Seperti hujan yang menyirami bumi,
Menghijaukan ladang, mengundang rindu di hati.
Tapi sebentar saja, layu dan mati,
Menjadi kering, tinggal debu yang terpendam abadi.
Dunia ini permainan, perhiasan yang menipu,
Bermegah-megah, berbangga harta dan rupa.
Tapi semua itu hanya kesenangan semu,
Yang melalaikan, menjauhkan dari jalan yang lurus.
Bagaikan ombak di lautan luas,
Datang dan pergi, tiada henti berdegup.
Satu hilang, seribu muncul bergegas,
Namun akhirnya lenyap, tak berbekas.
Saudaraku, jangan terlena,
Dunia hanya sementara, akhiratlah yang nyata.
Bekalilah diri dengan amal dan taqwa,
Agar kelak meraih ridha-Nya yang abadi nan mulia.
Al-Qur’an telah menuntun,
Rasul pun telah memberi teladan yang benar.
Dua jalan terbentang, pilihan ada di tangan,
Bersyukur atau kufur, mana yang kau pilih, wahai insan?
Jangan tertipu oleh gemerlap dunia,
Yang sering merusak impian para pengejarnya.
Berpeganglah pada iman, jaga hati dan jiwa,
Agar selamat di dunia, bahagia di akhirat sana.
Semoga hidayah-Nya selalu menyertai,
Membimbing kita di jalan yang diridhai.
Qana’ah pada dunia, beramal untuk akhirat yang kekal abadi,
Meraih surga-Nya, tempat bahagia nan sejati.
Keberkahan di Ujung Fajar
Di ujung malam, saat fajar menyingsing,
Nabi membangunkan Fatimah yang terlelap ringan.
“Bangunlah, saksikan rezeki Tuhanmu yang mengalir tenang,
Janganlah lalai, wahai anakku, di antara terbitnya sang surya dan senja yang berkilauan.”
Pagi adalah awal, pintu harapan terbentang,
Waktu subuh mengajak kita untuk bangkit melangkah.
Setan mengikat, bisikkan malas merayap,
Tapi zikir, wudhu, dan salat mampu melepas belenggu yang membelit.
Di keluarga, bangun pagi adalah budaya,
Ayah membangunkan, istri berpesan dengan lembutnya.
Keberkahan mengalir, rezeki pun melimpah,
Bagaikan embun pagi yang menyejukkan jiwa.
Rasulullah berdoa, “Ya Allah, berkahilah umatku di pagi hari,”
Doa yang mengalir, membawa rahmat tak terperi.
Bagi yang merasa rezeki tak pernah cukup,
Cobalah bangun pagi, rasakan berkah yang tersembunyi di balik fajar.
Pagi adalah penanda, awal segala kebaikan,
Setiap langkah di pagi hari adalah pahala yang tertanam.
Allah tak pernah ingkar janji,
“Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji,” firman-Nya yang abadi.
Maka bangunlah, jadikan pagi sebagai sahabat,
Raih keberkahan, gapai rezeki yang halal dan berkah.
Semoga Allah anugerahkan kesehatan, keselamatan,
Rahmat, ampunan, umur panjang, dan kemudahan.
Di ujung fajar, keberkahan menanti,
Bagi yang bangun, melangkah dengan hati yang suci.
Pagi adalah waktu, saat kebaikan dimulai,
Bersiaplah, karena berkah Allah tak pernah berhenti mengalir.