Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Awalnya kaki berat melangkah,
Mata tertutup, raga terasa lemah,
Namun panggilan-Nya memanggil lembut,
“Mendekatlah, hamba-Ku, di malam yang larut.”
Dalam kantuk yang enggan hilang,
Doa lirih mengalir di sela kerinduan,
“Ya Allah, kabulkanlah harapanku,
Meski hati ini masih jauh dari-Mu.”
Keterpaksaan adalah awal cerita,
Namun langkah kecil menembus gulita,
Hingga rindu terjalin dalam sujud panjang,
Membias cahaya dalam kesunyian malam.
Malam yang hening menjadi saksi,
Air mata yang jatuh, penuh arti,
Kebiasaan yang dipaksakan,
Berubah menjadi keteguhan tanpa paksaan.
Tahajudlah meski berat di awal,
Karena Allah menanti di saat paling kekal,
Menyambut doa yang kau bisikkan,
Dengan kasih-Nya yang tak terbatas jangkauan.
Ketahuilah, dalam setiap keterpaksaan,
Ada keistiqamahan yang perlahan datang,
Dan di setiap sujud yang kau persembahkan,
Ada cinta Ilahi yang selalu Kau rasakan.