Senin, Februari 24, 2025
No menu items!

Puja-puji Prabowo kepada Jokowi: Simbol Rekonsiliasi atau Lukai Hati Rakyat?

Must Read

JAKARTAMU.COM | Pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-17 Partai Gerindra di Sentul, Bogor, 15 Februari 2025, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan penghormatan tinggi kepada mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam pidatonya, Prabowo meneriakkan “Hidup Jokowi” dan memuji peran mantan presiden itu dalam pembangunan nasional serta transisi kepemimpinan yang damai. Ia juga menegaskan bahwa pemerintahan saat ini melanjutkan program-program strategis yang telah dicanangkan Jokowi sebelumnya.

Namun, sikap Prabowo tersebut menimbulkan beragam reaksi dari publik. Sebagian masyarakat menilai bahwa pujian tersebut terlalu berlebihan dan tidak sensitif terhadap kekecewaan rakyat atas kebijakan era Jokowi yang dianggap masih menyisakan banyak permasalahan. Keputusan untuk mempertahankan proyek-proyek besar Jokowi, termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN) dan hilirisasi industri, juga menuai kritik karena dampaknya yang dirasakan belum sepenuhnya menguntungkan masyarakat luas.

Dinamika Politik di Balik Pujian Prabowo

Kehadiran Jokowi dalam acara HUT Gerindra, duduk berdampingan dengan Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, semakin memperkuat spekulasi adanya kesinambungan politik antara kedua tokoh ini. Banyak pihak menilai bahwa pujian Prabowo adalah bagian dari strategi untuk meredam ketegangan politik dan memastikan kelangsungan dukungan dari kelompok pro-Jokowi.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Adi Prayitno, menilai bahwa sikap Prabowo adalah bentuk kompromi politik yang diperlukan untuk menjaga stabilitas pemerintahan. “Prabowo butuh dukungan dari kelompok yang sebelumnya loyal kepada Jokowi, terutama dalam menjaga legitimasi dan efektivitas kebijakannya di awal pemerintahan,” kata Adi.

Sementara itu, Rocky Gerung, akademisi sekaligus pengkritik tajam Jokowi, menyebut pujian Prabowo sebagai sekadar “basa-basi politik” yang tidak mencerminkan kepentingan rakyat. “Rakyat ingin perubahan nyata, bukan sekadar simbolisme. Jika Prabowo terus menerus menyanjung Jokowi tanpa menunjukkan perubahan signifikan dalam kebijakan, itu akan menjadi bumerang bagi pemerintahannya sendiri,” ujar Rocky.

Kekecewaan Publik dan Luka yang Masih Terasa

Di sisi lain, beberapa aktivis sosial dan ekonom menyatakan bahwa pujian Prabowo kepada Jokowi berpotensi menyakiti hati rakyat, terutama mereka yang merasa dirugikan oleh kebijakan pemerintah sebelumnya.

Aktivis lingkungan, Chalid Muhammad, menyoroti dampak pembangunan yang agresif di era Jokowi, seperti proyek strategis nasional yang mengorbankan masyarakat adat dan lingkungan hidup. “Ketika Prabowo mengatakan akan melanjutkan kebijakan Jokowi, itu berarti ia tidak mendengar jeritan warga yang terdampak penggusuran akibat proyek infrastruktur dan hilirisasi,” tegasnya.

Sementara itu, ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, menyoroti kebijakan utang negara yang meningkat drastis di era Jokowi. “Rakyat menanggung beban utang yang besar, sementara manfaat ekonominya belum benar-benar terasa. Jika Prabowo hanya melanjutkan tanpa ada koreksi, maka kondisi ekonomi bisa semakin tertekan,” kata Bhima.

Strategi Politik atau Kesalahan Kalkulasi?

Dari perspektif politik, pujian Prabowo kepada Jokowi bisa jadi merupakan strategi untuk merangkul semua kelompok, termasuk loyalis Jokowi, guna memastikan stabilitas politik. Namun, di sisi lain, strategi ini juga bisa menjadi bumerang jika rakyat merasa bahwa pemerintahan baru hanya sekadar perpanjangan dari rezim sebelumnya tanpa ada perubahan yang berarti.

Banyak pihak menilai bahwa Prabowo harus lebih berhati-hati dalam menyeimbangkan penghormatan kepada Jokowi dengan komitmennya untuk membawa perubahan yang diharapkan rakyat. Jika tidak, kepercayaan publik terhadap pemerintah bisa semakin tergerus, dan tantangan politik yang dihadapi akan semakin berat.

Kesimpulan: Rakyat Menunggu Tindakan, Bukan Sekadar Pujian

Sikap Prabowo yang memberikan penghormatan besar kepada Jokowi memang bisa dimaknai sebagai upaya rekonsiliasi politik dan menjaga stabilitas pemerintahan. Namun, di tengah berbagai tantangan yang masih dihadapi rakyat—mulai dari ekonomi yang belum pulih, beban utang negara, hingga dampak sosial dari pembangunan—pemerintahan Prabowo-Gibran harus membuktikan bahwa mereka benar-benar membawa perubahan nyata.

Rakyat tidak hanya ingin mendengar pujian dan simbolisme politik, tetapi juga melihat tindakan konkret yang berdampak langsung pada kesejahteraan mereka. Jika Prabowo ingin menjaga legitimasi pemerintahannya, ia harus menunjukkan bahwa ia bukan hanya melanjutkan jejak Jokowi, tetapi juga berani melakukan evaluasi dan perbaikan demi kepentingan rakyat Indonesia. (Dwi Taufan Hidayat)

Ancaman Kekeringan Global 2025: Realitas, Prediksi, dan Langkah Antisipasi

JAKARTAMU.COM | Kekeringan adalah salah satu ancaman global yang semakin meningkat akibat perubahan iklim, eksploitasi sumber daya alam yang...

More Articles Like This