JAKARTAMU.COM | Di sebuah kota tua yang sunyi, hiduplah tiga generasi laki-laki dalam satu keluarga. Mereka adalah si cucu yang berumur 65 tahun, si ayah yang berumur 90 tahun, dan si kakek yang berumur 115 tahun. Suatu hari, seorang peneliti terkenal dari Kota A datang ke kota itu untuk mencari orang yang paling tua. Ia pun bertemu dengan si cucu terlebih dahulu.
“Bapak berumur berapa tahun?” tanya peneliti itu.
“Umurku 65 tahun,” jawab si cucu dengan suara lemah. “Saya sudah banyak terkena penyakit, sulit untuk berjalan kaki jarak jauh.”
Peneliti itu melanjutkan, “Apakah Bapak orang paling tua di kota ini?”
Si cucu menggeleng, “Tidak, coba temui bapakku saja.”
Peneliti itu pun pergi menemui si ayah, yang berumur 90 tahun. “Umur Bapak berapa tahun?” tanyanya lagi.
“Umurku 90 tahun,” jawab si ayah dengan suara parau. “Sehari-hari saya hanya terbaring di tempat tidur. Pelayan saya yang melayani semua kebutuhan saya.”
“Apakah Bapak orang paling tua di kota ini?” tanya peneliti lagi.
Si ayah tersenyum lemah, “Tidak, coba temui bapakku saja.”
Akhirnya, peneliti itu menemui si kakek yang berumur 115 tahun. Kakek itu terlihat segar bugar, bahkan sedang melakukan olahraga jalan kaki pagi itu. “Umur Kakek berapa tahun?” tanya peneliti penasaran.
“Umurku 115 tahun,” jawab si kakek dengan lantang. “Setiap pagi saya masih bisa jalan kaki selama satu jam, menempuh jarak 5 kilometer. Saya masih bisa melakukan semua pekerjaan untuk diri saya sendiri.”
Peneliti itu terkesima. “Apakah Kakek orang paling tua di kota ini?”
“Ya, saya orang paling tua di sini,” jawab si kakek dengan bangga.
Peneliti itu pun penasaran, “Maaf Kek, kenapa Kakek tampak lebih muda dan gesit dibandingkan putra dan cucu Kakek?”
Si kakek tersenyum lebar, “Cucuku itu terlalu sering dimarahi istrinya, anakku juga. Sedangkan aku… aku tidak pernah dimarahi oleh istriku.”
Peneliti itu pun tersenyum, akhirnya ia menemukan jawaban dari penelitiannya. Ternyata, istri yang galak bisa mempercepat penuaan suami, sedangkan istri yang lembut bisa membuat suaminya awet muda dan panjang umur.
Setelah peneliti itu meninggalkan kota tua tersebut, ia membawa pulang cerita tentang keluarga tiga generasi itu. Ia pun memutuskan untuk menuliskan pengalamannya dalam sebuah buku yang berjudul “Rahasia Awet Muda: Kisah dari Kota Tua”. Buku itu menjadi sangat populer dan dibaca oleh banyak orang, terutama para istri yang ingin suaminya tetap awet muda.
Suatu hari, seorang istri muda bernama Rina membaca buku tersebut. Ia merasa terinspirasi oleh kisah si kakek yang awet muda karena tidak pernah dimarahi oleh istrinya. Rina pun memutuskan untuk mengubah sikapnya terhadap suaminya, Arif, yang selama ini sering ia marahi karena hal-hal sepele.
“Arif, maafkan aku selama ini sering marah-marah padamu,” kata Rina suatu malam.
Arif terkejut, “Kenapa tiba-tiba bilang begitu, Rin?”
Rina tersenyum, “Aku baru baca buku tentang rahasia awet muda. Ternyata, istri yang tidak galak bisa membuat suaminya awet muda dan panjang umur. Aku ingin kamu tetap sehat dan bahagia bersamaku.”
Arif pun tersenyum lega, “Terima kasih, Rin. Aku juga akan berusaha menjadi suami yang lebih baik.”
Sejak saat itu, rumah tangga Rina dan Arif menjadi lebih harmonis. Mereka saling memahami dan menghargai satu sama lain. Arif pun terlihat lebih segar dan bersemangat dalam menjalani hari-harinya.
Beberapa tahun kemudian, Rina dan Arif mengunjungi kota tua tempat kisah si kakek awet muda itu berasal. Mereka bertemu dengan si kakek yang masih sehat dan bugar meskipun usianya sudah lebih dari 120 tahun.
“Kakek, kami sangat terinspirasi oleh kisah Kakek,” kata Rina.
Si kakek tersenyum, “Syukurlah jika kisahku bisa bermanfaat untuk kalian. Ingat, kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangga adalah kunci awet muda.”
Rina dan Arif pun mengangguk, mereka semakin yakin bahwa rahasia awet muda bukanlah tentang obat-obatan atau perawatan mahal, melainkan tentang cinta, pengertian, dan kebahagiaan dalam rumah tangga.
Selain itu, peneliti yang menelusuri kisah si kakek memutuskan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Ia menemukan bahwa pola hidup si kakek juga berperan besar dalam menjaga kesehatannya. Kakek itu menjalani pola makan sederhana dengan lebih banyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan, serta menghindari stres berlebihan.
Ketika berita tentang penelitian ini menyebar, banyak pasangan muda yang mulai menerapkan prinsip yang sama dalam rumah tangga mereka. Beberapa komunitas pun mulai mengadakan seminar tentang pentingnya keharmonisan dalam pernikahan untuk menjaga kesehatan jangka panjang.
Hingga kini, kisah si kakek dari kota tua itu terus diceritakan turun-temurun sebagai inspirasi bagi banyak pasangan untuk membangun kehidupan yang lebih bahagia dan panjang umur. Di berbagai kota, orang-orang mulai memahami bahwa rahasia awet muda tidak hanya terletak pada faktor genetik atau perawatan medis, tetapi juga pada bagaimana seseorang menjalani hidupnya dengan penuh cinta dan ketenangan. (Dwi Taufan Hidayat)