Selasa, Maret 4, 2025
No menu items!

Ramadan di Gaza, Reruntuhan dan Iman yang Tak Tergoyahkan

Must Read

JAKARTAMU.COM | Bulan suci Ramadan kembali tiba. Namun tahun ini Ramadan di Gaza berlangsung dalam suasana duka dan kehampaan. Di tengah reruntuhan akibat konflik yang berkepanjangan, masyarakat Gaza menyambut Ramadan dengan hati yang berat, penuh kenangan akan kehilangan dan trauma yang mendalam.

Sementara di penjuru dunia lain Ramadan dirayakan dengan gembira dan penuh harapan, warga Gaza menghadapi kenyataan pahit: berpuasa dalam suara perang masih terdengar jelas. Meeka juga ditemani ketidakpastian tentang masa depan yang menghantui setiap langkah. Rasa cemas akan kemungkinan kembalinya kekerasan membuat perayaan Ramadan kali ini terasa lebih menyedihkan.

Kisah Ramadan di Gaza ini bukan pertama kalinya yang terjadi di tengah konflik. Pengalaman pahit berlangsung sejak tahun 2014 ketika seorang penulis, Esraa Abo Qamar, masih berusia sembilan tahun. Dia mengenang bagaimana malam-malam Ramadan dipenuhi dengan suara serangan udara dan kehampaan, saat keluarganya harus melarikan diri dari rumah dalam kegelapan.

Ramadan tahun lalu jauh lebih buruk. Keluarga-keluarga berjuang melawan rasa lapar, berbuka puasa hanya dengan sedikit makanan seadanya, seperti hummus atau kacang kalengan yang dibagi di antara enam orang.

Tradisi Ramadan yang biasanya membawa kebersamaan kini terenggut. Keluarga-keluarga terpisah, banyak yang tinggal dalam pengungsian, dan suara adzan yang biasa menyambut waktu berbuka puasa lenyap dari masjid-masjid yang telah hancur. Sebagai pengganti, suara roket dan tembakan menggantikan muazzin, menciptakan suasana yang menakutkan.

Tahun ini, Ramadan dimulai di tengah gencatan senjata. Untuk pertama kalinya dalam waktu lama, tidak ada serangan udara yang mengguncang saat keluarga-keluarga berbuka puasa. Beberapa toko dan pasar yang selamat dari kehancuran mulai dibuka kembali, dan kehidupan kembali berusaha bangkit di jalan-jalan Gaza. Hyper Mall di Nuseirat, salah satu pusat belanja terbesar, juga dibuka kembali, menyuguhkan berbagai makanan dan dekorasi Ramadan yang semarak.

Namun, di balik kemeriahan ini, terdapat kepahitan. Banyak produk yang tersedia di toko berasal dari truk komersial, bukan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan. Harga barang-barang tersebut melambung tinggi, menjadikannya tak terjangkau bagi banyak keluarga yang kehilangan sumber penghidupan akibat perang.

Sementara beberapa keluarga mungkin bisa menikmati hidangan khas Ramadan seperti musakhan, banyak yang hanya mampu menyajikan makanan sederhana seperti nasi atau sayuran. Kenangan akan orang-orang yang hilang pun membayangi setiap meja berbuka puasa. Lebih dari 48.000 jiwa telah melayang selama konflik, meninggalkan kursi kosong di banyak rumah. Kehilangan sosok ayah atau ibu membuat suasana Ramadan semakin berat.

Meskipun semangat perayaan tampak pudar, esensi Ramadan tetap hidup. Bulan ini tetap menjadi waktu untuk merenungkan iman, mencari pengampunan, dan mendekatkan diri kepada Allah. Meskipun masjid-masjid telah hancur, iman masyarakat Gaza tetap tak tergoyahkan. Mereka melanjutkan shalat tarawih di rumah-rumah yang setengah hancur, berdoa dan membaca Al-Qur’an, meyakini bahwa Allah akan memberi pahala atas segala penderitaan yang telah mereka alami.

Dalam situasi yang serba sulit ini, Ramadan menjadi simbol harapan dan ketahanan. Masyarakat Gaza meski dalam keterpurukan, tetap berjuang untuk menemukan cahaya di tengah kegelapan. Bulan suci ini, meskipun penuh dengan tantangan, mengingatkan kita bahwa iman dan harapan selalu memiliki kekuatan untuk bertahan, bahkan di saat-saat yang paling sulit sekalipun.

Mereka telah kehilangan orang-orang terkasih, rumah, mata pencaharian, masjid. Tetapi iman mereka tetap kuat seperti sebelumnya.

Sumber : Aljazeera

Mendikti Brian Minta Dosen Perkuat Riset untuk Keluar dari Middle Income Trap

JAKARTAMU.COM | Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menekankan pentingnya riset dan inovasi kepada para dosen....

More Articles Like This