Kamis, Maret 20, 2025
No menu items!
spot_img

Randall Hartolaksono: Ilmuwan Indonesia yang Temuannya Dihargai Dunia, tetapi Terabaikan di Negeri Sendiri

spot_img
Must Read

JAKARTAMU.COM | Inovasi dalam bidang teknologi pemadam kebakaran terus berkembang, namun siapa sangka bahwa salah satu bahan pemadam api terbaik di dunia justru berasal dari sesuatu yang selama ini dianggap limbah—kulit singkong? Temuan revolusioner ini lahir dari tangan seorang ilmuwan Indonesia, Randall Hartolaksono, yang mengembangkan cairan pemadam api berbahan dasar kulit singkong.

Sayangnya, meski penelitiannya telah diakui di berbagai negara maju, Randall justru mengalami kesulitan untuk mendapatkan pengakuan di tanah airnya sendiri. Kisahnya mencerminkan ironi yang kerap menimpa ilmuwan Indonesia: dihargai di luar negeri, tetapi diabaikan di negeri sendiri.

Awal Mula: Penemuan yang Terjadi Secara Tidak Sengaja

Randall Hartolaksono lahir di Surabaya pada 16 Maret 1956. Sejak muda, ia memiliki ketertarikan yang besar pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketertarikannya ini membawanya untuk melanjutkan studi di jurusan Teknik Mesin, Universitas London, Inggris, pada tahun 1977.

Sebagai mahasiswa Indonesia di luar negeri, Randall menghadapi tantangan tersendiri, termasuk dalam hal komunikasi. Nama belakangnya yang sulit dieja membuat para dosennya lebih sering memanggilnya dengan nama singkat, “Hart.”

Penemuan besar Randall berawal dari penelitian yang dilakukan bersama timnya mengenai saripati kulit singkong sebagai pelumas engsel robot. Dalam sebuah eksperimen, tanpa sengaja, cairan tersebut tumpah ke atas nyala api. Kejadian ini ternyata membawa kejutan: api yang semula menyala langsung padam seketika.

Peristiwa tak terduga itu membuat Randall semakin penasaran. Di bawah bimbingan Profesor Evans, ia pun mulai melakukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi kulit singkong sebagai bahan anti api. Bagaimana bisa cairan ini mampu memadamkan api? Apa senyawa dalam kulit singkong yang membuatnya memiliki efek tersebut?

Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong Randall untuk melakukan riset lebih dalam.

Perjuangan 10 Tahun: Mengembangkan Cairan Pemadam Api dari Kulit Singkong

Meneliti dan mengembangkan sebuah inovasi bukanlah proses yang mudah. Randall harus menghabiskan waktu lebih dari satu dekade untuk menyempurnakan formulasi cairan pemadam api dari kulit singkong ini.

Selama 10 tahun, ia melakukan berbagai eksperimen, uji coba, dan perbaikan agar temuannya benar-benar efektif dalam memadamkan api, terutama untuk skenario ledakan gas elpiji, yang sering menjadi penyebab kebakaran besar di rumah tangga maupun industri.

Tak hanya membutuhkan waktu yang panjang, riset ini juga memerlukan biaya besar. Randall harus mengeluarkan dana pribadi hingga Rp10 miliar untuk membiayai seluruh penelitian dan pengembangan produknya. Meskipun demikian, tekadnya tidak surut.

Akhirnya, hasil dari kerja kerasnya membuahkan hasil. Cairan pemadam api ciptaannya terbukti lebih efektif dibandingkan pemadam api konvensional, terutama dalam menangani api yang disebabkan oleh ledakan gas elpiji.

Pengakuan Internasional: Dipakai di Istana Buckingham, tetapi Tak Lolos Uji di Indonesia

Keunggulan inovasi Randall Hartolaksono segera menarik perhatian dunia. Produk ciptaannya mendapatkan sertifikasi uji standar dari berbagai negara, termasuk:

✅ Amerika Serikat
✅ Inggris
✅ Australia

Temuannya bahkan diadopsi oleh berbagai bangunan penting, termasuk Istana Buckingham di Inggris. Ini merupakan pencapaian luar biasa bagi seorang ilmuwan asal Indonesia.

Namun, ketika Randall mencoba untuk memperkenalkan produknya di Indonesia, ia justru menghadapi kenyataan pahit. Produk cairan pemadam api berbasis kulit singkong ini tidak lolos uji sertifikasi di Indonesia.

Padahal, berbagai lembaga di luar negeri sudah mengakui efektivitas dan keamanan produk ini. Keputusan ini membuat Randall kecewa, sekaligus mengingatkan pada banyak kasus ilmuwan Indonesia lainnya yang lebih dihargai di luar negeri dibandingkan di negeri sendiri.

Nasib Ilmuwan Indonesia: Dihargai di Luar, Ditinggalkan di Dalam Negeri

Kisah Randall Hartolaksono mencerminkan realitas yang sering dialami oleh banyak ilmuwan Indonesia. Tak sedikit dari mereka yang menemukan inovasi berharga, namun justru menghadapi kesulitan untuk mengembangkan dan mendapatkan dukungan di dalam negeri.

Beberapa ilmuwan Indonesia lain yang mengalami nasib serupa antara lain:

Prof. Dr. Khoirul Anwar, penemu teknologi 4G yang lebih banyak dihargai di Jepang.

Dr. Warsito Taruno, penemu teknologi terapi kanker berbasis listrik, yang sempat ditolak di Indonesia tetapi justru dikembangkan di luar negeri.

Tjandramukti dan Lanny Tjandramukti, penemu cat antibocor yang lebih dikenal di luar negeri dibandingkan di Indonesia.

Mereka adalah contoh bagaimana banyak inovasi asli Indonesia justru lebih mendapat tempat di dunia internasional ketimbang di negeri sendiri.

Kesimpulan: Haruskah Ilmuwan Indonesia Selalu Berjuang Sendiri?

Randall Hartolaksono adalah salah satu dari banyak ilmuwan Indonesia yang menemukan sesuatu yang berharga bagi dunia. Penelitiannya tentang cairan pemadam api berbasis kulit singkong telah terbukti bermanfaat, efektif, dan diakui secara internasional.

Namun, kisahnya juga menjadi cermin bagi Indonesia, bahwa masih banyak ilmuwan yang kesulitan mendapatkan dukungan dan pengakuan dari negaranya sendiri. Jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin semakin banyak inovasi hebat dari anak bangsa yang akhirnya dikembangkan di luar negeri.

Apakah Indonesia akan terus kehilangan potensi hebat dari para ilmuwan dan inovatornya?

Jawabannya ada pada bagaimana negeri ini menghargai dan mendukung riset serta inovasi karya anak bangsa. (Dwi Taufan Hidayat)

spot_img

Menggalang Kolaborasi Lintas Agama untuk Melindungi Hutan Tropis dan Masyarakat Adat

JAKARTAMU.COM | Indonesia dengan kekayaan alamnya yang melimpah sering disebut sebagai "paru-paru dunia". Namun di balik keindahan dan keanekaragaman...

More Articles Like This