JAKARTAMU.COM | Rencana rekonstruksi wilayah Gaza membutuhkan dana sebesar USD53 miliar atau sekitar Rp871,6 triliun (kurs dolar Rp16.450). Proposal yang diajukan Mesir tersebut disetujui negara-negara Arab dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Kairo, Selasa (4/3/2025).
Rencana Mesir terbagi dalam tiga tahap yaitu langkah-langkah sementara, rekonstruksi, dan pemerintahan. Tahap pertama berlangsung selama enam bulan, melibatkan pembentukan komite teknokrat Palestina yang beroperasi di bawah pengelolaan Otoritas Palestina (PA) untuk membersihkan puing-puing di Jalan Salah al-Din, jalan utama di Gaza.
Setelah tahap pembersihan, tahap ini juga mencakup pembangunan 200.000 unit perumahan sementara untuk menampung sekitar 1,2 juta orang, serta pemulihan 60.000 bangunan yang rusak. Tahap kedua dan ketiga akan melibatkan pembangunan setidaknya 400.000 rumah permanen serta revitalisasi pelabuhan dan bandara internasional Gaza.
Mesir mengusulkan anggaran sebesar USD53 miliar untuk mendanai rencana ini, dengan pembiayaan yang dibagi dalam tiga fase. Tahap pertama diperkirakan memerlukan USD3 miliar, sedangkan tahap kedua dan ketiga masing-masing membutuhkan USD20 miliar dan USD30 miliar.
Rencana tersebut juga mencakup pembentukan Dewan Pengelola yang akan bertugas mengawasi pendanaan dan distribusi bantuan kemanusiaan. Konferensi untuk penggalangan dana internasional akan diadakan untuk mendukung rekonstruksi ini.
Melawan Skenario Trump untuk Gaza
Keputusan yang diambil dalam KTT tersebut menandai komitmen kolektif negara-negara Arab untuk membantu Gaza yang hancur akibat perang. Usulan Mesir yang akhirnya diadopsi, dirancang sebagai alternatif terhadap rencana kontroversial Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya.
Trump yang belum lama dilantik untuk periode keduanya, mengusulkan pemindahan penduduk Gaza untuk “mengembangkan” wilayah tersebut di bawah kendali AS. Dalam rencana Mesir, tidak ada pengusiran penduduk Palestina dari Gaza, melainkan fokus pada pembangunan kembali dan pemulihan.
Namun rencana menghadapi berbagai tantangan. Belum ada jaminan Hamas, AS, dan Israel bisa menerimanya. Hamas telah menunjukkan dukungan terhadap rencana rekonstruksi, namun masih ada keraguan mengenai kembalinya Ototitas Palestina ke Gaza.
Israel, di sisi lain, menegaskan bahwa Hamas tidak boleh mempertahankan senjatanya. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga telah menyatakan menolak kembalinya Ototitas Palestina ke wilayah tersebut. Dalam pernyataan resmi, Israel mendorong negara-negara Arab untuk berkolaborasi menciptakan stabilitas di kawasan, namun tetap mendukung rencana pemindahan yang diusulkan Trump.
Sumber : Aljazeera