Minggu, Maret 30, 2025
No menu items!
spot_img

Ribuan Warga Palestina Berduyun-duyun ke Al-Aqsa

150 Bus dari Umm Al-Fahm Hadiri Lailatul Qadar di Tengah Penjagaan Ketat

Must Read

JAKARTAMU.COM | Ribuan warga Palestina dari Umm Al-Fahm dan berbagai daerah lainnya bergerak menuju Masjid Al-Aqsa untuk menghidupkan malam ke-27 Ramadan, yang diyakini sebagai Lailatul Qadar. Sebanyak 150 bus telah disiapkan untuk mengangkut sekitar 8.300 jamaah dalam perjalanan spiritual ini, meskipun berbagai hambatan terus diberlakukan oleh pasukan penjajah Israel.

Bagi warga Palestina, perjalanan ini bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga simbol keteguhan dan perlawanan terhadap upaya sistematis untuk membatasi akses mereka ke salah satu situs paling suci dalam Islam. Tahun demi tahun, tekanan terhadap jamaah semakin meningkat, namun semangat mereka tetap tidak tergoyahkan.

Perjalanan Menuju Al-Aqsa: Jalan Panjang Penuh Rintangan

Sejak sore, ratusan warga Palestina telah berkumpul di titik keberangkatan di Umm Al-Fahm, kota yang mayoritas penduduknya adalah warga Palestina yang tinggal di wilayah yang diduduki Israel sejak 1948. Dengan persiapan matang, para jamaah membawa serta makanan ringan, air, dan perlengkapan ibadah untuk menghadapi perjalanan yang penuh tantangan.

Namun, perjalanan menuju Masjid Al-Aqsa bukanlah hal yang mudah. Otoritas Israel telah memperketat akses menuju kota suci Al-Quds (Yerusalem) dengan berbagai pos pemeriksaan. Banyak jamaah yang dihentikan, diperiksa secara ketat, bahkan ditolak masuk tanpa alasan yang jelas. Tindakan ini bukanlah sesuatu yang baru, melainkan bagian dari kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi jumlah Muslim yang dapat beribadah di Al-Aqsa, terutama di malam-malam istimewa seperti Lailatul Qadar.

Seorang jamaah yang turut serta dalam perjalanan ini, Ahmad, seorang pria berusia 54 tahun dari Umm Al-Fahm, mengungkapkan bahwa setiap tahun tantangan semakin besar. “Kami tahu akan ada pos pemeriksaan dan pembatasan, tapi kami tetap datang. Ini bukan hanya soal ibadah, tapi juga mempertahankan keberadaan kami di Al-Aqsa. Kami tidak akan menyerah,” ujarnya.

Banyak jamaah lainnya juga menyuarakan hal yang sama. Mereka bertekad untuk tetap mencapai Masjid Al-Aqsa, meskipun harus berjalan kaki atau mencari jalur alternatif untuk menghindari pos penjagaan yang diperketat.

Al-Aqsa: Simbol Identitas dan Keteguhan Palestina

Bagi warga Palestina, Masjid Al-Aqsa bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol perlawanan, identitas, dan keberlanjutan eksistensi mereka di tanah kelahiran mereka. Setiap kali akses mereka dibatasi, setiap kali mereka dihadapkan pada pengusiran dan ancaman, mereka semakin teguh dalam keyakinan bahwa keberadaan mereka di Al-Aqsa adalah bentuk nyata dari perlawanan damai mereka.

Israel, melalui berbagai kebijakan, terus berusaha mengontrol dan membatasi jumlah jamaah Muslim yang dapat memasuki kompleks suci ini. Dengan dalih keamanan, mereka membatasi akses, menetapkan aturan yang diskriminatif, dan bahkan melakukan penangkapan terhadap warga Palestina yang mencoba memasuki kawasan masjid. Namun, hal ini justru semakin menguatkan tekad warga Palestina untuk tetap menjaga Masjid Al-Aqsa tetap hidup dengan kehadiran mereka.

“Kami datang bukan hanya untuk beribadah, tapi untuk menunjukkan bahwa Al-Aqsa adalah milik kami, dan kami tidak akan meninggalkannya,” kata Aisha, seorang wanita Palestina yang ikut dalam rombongan.

Lailatul Qadar: Malam Penuh Keberkahan di Tengah Penjagaan Ketat

Malam ke-27 Ramadan memiliki makna yang luar biasa bagi umat Islam. Dalam keyakinan mereka, inilah malam turunnya Al-Qur’an, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Umat Islam berlomba-lomba menghidupkan malam ini dengan doa, dzikir, dan qiyamul lail, berharap mendapatkan ampunan dan keberkahan dari Allah.

Namun, di Palestina, ibadah ini bukan hanya soal spiritualitas. Ini adalah perjuangan nyata melawan segala bentuk pembatasan. Setiap tahunnya, ribuan warga Palestina berusaha mencapai Masjid Al-Aqsa untuk menghidupkan malam ini, meskipun mereka harus menghadapi penghalang, pos pemeriksaan, bahkan kekerasan dari pasukan penjajah.

Para jamaah yang berhasil mencapai Masjid Al-Aqsa segera memenuhi halaman dan ruang utama masjid. Suasana khusyuk pun terasa, dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an bergema di seluruh kompleks. Doa dan harapan terucap dari setiap lisan, memohon perlindungan, kemenangan, dan kemerdekaan bagi Palestina.

Meskipun suasana di dalam Masjid Al-Aqsa penuh ketenangan, di luar, pasukan Israel tetap berjaga ketat. Mereka mengawasi setiap pergerakan, membatasi jumlah jamaah, bahkan tak jarang melakukan penangkapan terhadap mereka yang dianggap “berisiko.” Namun, hal ini tak menyurutkan semangat warga Palestina yang telah datang dari berbagai penjuru untuk menyatu dalam doa dan kebersamaan.

Keteguhan Umat Islam: Al-Aqsa Tidak Akan Pernah Ditelantarkan

Aksi warga Umm Al-Fahm yang mengirimkan 150 bus ini adalah bukti nyata bahwa Masjid Al-Aqsa tetap menjadi pusat perhatian umat Islam, khususnya warga Palestina. Mereka tak akan membiarkan situs suci ini dikuasai atau dikosongkan. Setiap tahun, setiap Ramadan, mereka akan terus datang, meski dihadang dengan berbagai tantangan.

Malam itu, di bawah cahaya bulan Ramadan yang bersinar terang, ribuan jamaah tetap bertahan di Masjid Al-Aqsa, menghidupkan malam dengan doa dan penghambaan. Mereka sadar, bahwa perjuangan untuk mempertahankan Masjid Al-Aqsa bukanlah perkara mudah. Tetapi bagi mereka, ini adalah panggilan suci, amanah yang harus dijaga, dan warisan yang tak boleh hilang.

Sebagai umat Islam, mereka memahami bahwa Masjid Al-Aqsa bukan hanya milik warga Palestina, tetapi milik seluruh umat Muslim di dunia. Maka, dengan semangat yang tak padam, mereka terus berdiri, berdoa, dan menjaga keberadaan mereka di tempat suci ini—agar cahaya Al-Aqsa tetap menyala, hingga akhir zaman.

Ketika Perampasan Aset Koruptor Ditunda, Pasal Penghinaan Presiden Digolkan

JAKARTAMU.COM | Dalam dinamika politik dan hukum di Indonesia, keputusan legislatif sering kali menuai pro dan kontra. Baru-baru ini,...

More Articles Like This