KUDA Si Windu atau juga disebut Si Winduhaji adalah Kuda yang menurut beberapa sumber sejarah disebut sebagai kuda tunggangan Arya Kuningan, sementara dalam versi lainnya disebut sebagai Kuda tunggangannya Adipati Awangga/Ewangga.
Kuda Si Windu kini dijadikan sebagai ikon kota Kuningan, maka tidaklah mengherankan jika di Kabupaten Kuningan banyak sekali patung Kuda, tentunya patung kuda yang dimaksud adalah patung kuda Si Windu, yaitu kuda yang dahulu menjadi tunggangannya Adipati Kuningan atau Arya Kuningan.
Antara Arya Kuningan dan Adipati Awangga atau Ewangga ini memang bagi sebagian orang masih membingungkan, sebab Adipati Awangga ini juga sosok orang yang dijuluki Pangeran Kuningan Adipati/Dipati Kuningan.
Arya Kuningan, dalam catatan sejarah mempunyai nama asli “Suranggajaya” merupakan anak dari Jaya Raksa (Ki Gedeng Luragung), dengan demikian Arya Kuningan dan Adipati Awangga adalah dua tokoh yang berbeda.
Lebih dalam mengenai perbedaan antara Arya Kuningan dan Adipati Ewangga atau Awangga.
Merujuk pada beberapa catatan sejarah yang ada, penulis lebih meyakini jika Kuda Si Windu adalah kuda milik Suranggajaya atau Arya Kuningan, tokoh yang menjadi anak angkat Sunan Gunung Jati, juga sekaligus orang yang menjadi Adipati Kuningan pertama, bukan Adipati Eawangga yang kelak dikenal dengan julukan Arya Kemung II (Menggantikan kedudukan ayahnya Arya Kemuning I) .
Kuda Si Windu dalam beberapa catatan sejarah Cirebon disebut sebagai kuda yang dipergunakan Arya Kuningan ketika terjun dalam medan pertempuran. Di antaranya pertempuran melawan Rajagaluh, dan digunakan dalam peristiwa penyerbuan Dermayu (Indramayu).
Sulendraningrat (1978) menyebutkan bahwa pertempuran antara Cirebon dan Rajagaluh terjadi pada tahun 1527 sementara peristiwa serbuan Cirebon ke Indramayu terjadi pada tahun 1528. Dengan demikian Kuda Si Windu dipergunakan ketika kondisi Jawa Barat sedang panas-panasnya karena waktu itu (1527-1530) sedang terjadi pertempuran antara aliansi Cirebon-Demak Vs Sunda-Portugis.
Menurut legenda, Kuda Si Windu adalah kuda putih dengan perawakan besar, selain itu kuda ini juga larinya sangat cepat dibandingkan kuda kebanyakan. Oleh karena itu, di Kesultanan Cirebon nama Kuda Si Windu, tunggangan Arya Kuningan itu begitu populer di zamannya.
Saking cepatnya dalam berlari, konon apabila Arya Kuningan melakukan perjalanan dari Cirebon ke Kuningan atau sebaliknya dapat ditempuh lebih cepat dibandingkan dengan kuda lainnya.
Sementara itu, mengenai asal-usulnya, Kuda Si Windu bapaknya merupakan Kuda hadiah asal Demak, dahulunya kuda tersebut dipelihara oleh Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang dikemudian hari manjadi Sultan Pajang.
Sementara ibu dari Kuda Si Windu adalah kuda asal Sumbawa. Dari perkawinan antara Kuda Jawa hadiah Sultan Demak dan Kuda Sumbawa itulah lahir Si Windu/Winduhaji yang nantinya digunakan Arya Kuningan sebagai tunggangannya.
Menurut penututran orang-orang Desa Sindangkasih Kec Beber Kab Cirebon, bahwa di desanya ada situs makam “Parnawindu atau Bernawendu” yang sebetulnya situs makam tersebut merupakan makam Kuda Si Windu milik Arya Kuningan.
Menurut dongeng masyarakat setempat, bahwa ketika Arya Kuningan kalah bertempur dengan pasukan Rajagaluh pimpinan Arya Kiban, di Palimanan, Arya Kuningan mengundurkan diri, sementara kudanya tertinggal di medan pertempuran dalam kondisi terluka. Dalam keadaan seperti itu, Kuda Si Windu kemudian diselamatkan oleh seorang tokoh yang bernama “Adipati Kincir”.
Pada mulanya, Adipati Kincir hendak membawa Kuda Si Windu ke Kuningan untuk diserahkan kepada tuannya di Kuningan, akan tetapi ketika sampai di Sindangkasih, rupanya Si Windu menemui ajalnya, sehingga kuda tersebut kemudian dimakamkan di Sindangkasih.
Disisi lain, Adipati Kincir dikemudian hari juga menetap di Sindangkasih dan nantinya wafat dan dimakamkan di desa itu, makam Adipati Kincir tidak beberapa jauh dari lokasi Kuda Si Windu dimakamkan.
Apabila merujuk pada beberapa naskah kuno Cirebon dan Indramayu maupun beberapa buku sejarah Cirebon, dapatlah dimengerti jika perang Cirebon Vs Rajagaluh (1527) termasuk di dalamnya perang yang berlangsung di Palimanan lebih dahulu dibandingkan dengan peristiwa serangan arya Kuningan ke Indramayu (1528). Karena hal itulah tidak mungkin jika Kuda Si Windu wafat selepas peristiwa kekalahan Arya Kuningan di Palimanan melawan Rajagaluh, sebab dalam sumber-sumber Cirebon dan Indramayu, ketika Arya Kuningan menyerbu Indramayu, beliau masih menaiki Kuda Si Windu. (FB)