Jumat, Desember 27, 2024
No menu items!

Rumah, Debu, dan Harapan: Luka Panjang Keadilan Buldoser Muslim India

Di tengah rasa keterasingan muslim India, mungkinkah keadilan mendatangi mereka sebelum buldoser itu kembali datang?

Must Read

PAGI itu udara dingin menusuk tulang di Kharak Riwara Satbari, barat daya Delhi, India. Shahid Malik menatap nanar puing-puing yang tersisa dari rumahnya. Tempat ia dan keluarganya bernaung itu kini berubah menjadi gundukan debu dalam hitungan jam, dihancurkan buldoser tanpa pemberitahuan oleh pemerintah.

“Putra saya Ziyan lahir dengan komplikasi jantung. Saat rumah kami dihancurkan, kondisinya memburuk. Kami dipaksa keluar dalam dingin, tanpa tempat berteduh,” kata Malik pelan, dilansir Al Jazeera.

Suaranya bergetar, mengenang kepergian anaknya beberapa hari setelah itu. “Dokter bilang debu membuatnya semakin sulit bernapas,”

Ziyan hanya satu dari sekian banyak nyawa yang menjadi korban tak langsung dalam serangkaian pembongkaran rumah di India. Sebagian besar mereka adalah muslim, yang merasa kehilangan lebih dari sekadar atap. Mereka kehilangan keamanan, kepercayaan, juga harapan.

Baca juga: 23 November 1965, Boyolali Menjadi Saksi

Buldoser Penghancur dan Stigma Komunitas

Dalam dua tahun terakhir, penghancuran rumah-rumah warga Muslim kerap dilakukan dengan dalih pembersihan kawasan liar. Namun bagi banyak orang, ini adalah hukuman kolektif.

Di negara bagian Uttar Pradesh, Ketua Menteri Yogi Adityanath menggunakan buldoser sebagai simbol penegakan ketertiban. Itu sebabnya dia dikenal dengan julukan “buldoser baba” atau bapak buldoser. Sementara Shivraj Singh Chouhan, si ketua menteri negara bagian Madhya Pradesh mendapat julukan “buldoser mama” atau paman buldoser.

Pembongkaran acapkali terjadi setelah kritik terhadap pemerintah atau konflik yang melibatkan komunitas muslim. “Klaim bahwa ini semua tentang pembangunan tidak konsisten. Rumah-rumah kami dihancurkan hanya karena kami muslim,” ujar Najmus Saqib, pengacara yang kerap membela keluarga korban.

Di Prayagraj, Juni 2022, rumah aktivis Javed Mohammed dihancurkan setelah ia mendapat tudingan menghasut kerusuhan. Javed mendekam di penjara saat buldoser meratakan rumahnya.

“Saat itu, kami sendirian. Orang-orang yang dulu dekat dengan kami takut membantu, takut rumah mereka akan dihancurkan juga,” kata Javed.

Kini keluarganya hidup dalam ketidakpastian. Hubungan sosial yang pernah dijalin bertahun-tahun, hancur bersamaan dengan runtuhnya dinding-dinding rumah mereka.

Penjelasan Lengkap Muhammadiyah soal Tunggakan Tukin UMT

JAKARTAMU.COM | Muhammadiyah mengajak semua pihak untuk mendukung proses penyelesaian tunggakan pembayaran tunjungan kinerja (tukin) dosen dan karyawan Universitas...

More Articles Like This