Minggu, Februari 23, 2025
No menu items!

Rumah Sakit Syariah, Halal Sejak Pasien Datang hingga Pulang

Must Read

SEBAGAI negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, Indonesia merupakan pasar menjanjikan bagi bisnis syariah. Kesadaran beragama yang semakin meningkat di kalangan masyarakat, terutama kelas menengah, mendorong berkembangnya berbagai sektor bisnis berbasis syariah.

Dari makanan hingga fashion, dari hotel hingga supermarket, banyak bisnis yang kini mengadopsi konsep syariah agar tidak kehilangan pasar. Bahkan, konsep ini kini merambah ke sektor kesehatan dengan hadirnya rumah sakit syariah.

Bani Umayyah memiliki peran besar dalam penyebaran dan perkembangan rumah sakit di dunia Islam. Artikel berjudul Islamic Medicine History and Current Practice yang dilansir situs RS Al Irsyad Surabaya  menyebutkan rumah sakit pertama dikenal sebagai bimaristan atau maristan.

Fasilitas ini dibangun pada masa pemerintahan Al Walid bin Abdul Malik, khalifah keenam Bany Umayyah. Sarana tersebut digunakan untuk merawat dan mengisolasi pasien kusta atau lepra, yang saat itu merupakan penyakit endemik yang memerlukan penanganan serius. Pembangunan rumah sakit berlanjut pada era kekhalifahan Harun Al Rasyid.

Apa yang membedakan rumah sakit syariah dengan rumah sakit konvensional? Menurut Direktur Utama Rumah Sakit YARSI, Dr. Mulyadi Muchtiar, MARS, konsep rumah sakit syariah berbeda dari bisnis syariah di sektor perbankan atau keuangan. Operasional utama rumah sakit melibatkan interaksi antar manusia, yang dalam Islam memiliki aturan tersendiri.

“Kami satu-satunya rumah sakit bersertifikat syariah di ibu kota DKI Jakarta,” klaim Dr. Mulyadi dalam seminar Sukses Mengelola Program Ramadan di Aula RS YARSI, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Sabtu (8/2/2025).

Di Indonesia, banyak rumah sakit yang dikelola oleh yayasan atau lembaga Islam. Namun, Dr. Mulyadi mempertanyakan apakah pasien benar-benar memahami status kehalalan obat yang mereka konsumsi. “Apakah pasien yakin bahwa obat yang diresepkan dokter itu halal dan tidak mengandung zat haram?” tanyanya.

Ia juga menyoroti kondisi fasilitas keagamaan di beberapa rumah sakit yang mengklaim berbasis Islam, tetapi mushalanya tidak terawat dengan baik. Ini menunjukkan perlunya standarisasi dalam penerapan konsep rumah sakit syariah.

Rumah sakit syariah menerapkan ajaran Islam dalam seluruh aspek pelayanannya, mulai dari akad pasien saat masuk hingga kepulangan mereka. RS YARSI, misalnya, memiliki ruang pemulihan pascaoperasi yang terpisah untuk laki-laki dan perempuan. Selain itu, dokter dan perawat yang melayani pasien juga disesuaikan dengan jenis kelamin pasien.

“Di tempat kami, perawat perempuan tidak diperbolehkan menangani pemasangan atau pergantian kateter untuk pasien laki-laki,” tegas Dr. Mulyadi.

Saat ini, banyak rumah sakit Islam yang tersebar di seluruh Indonesia, tetapi belum memiliki standar acuan yang jelas. Belum ada lembaga yang secara resmi melegitimasi apakah layanan yang diberikan sudah memenuhi nilai-nilai syariah atau belum. (*)

Ancaman Kekeringan Global 2025: Realitas, Prediksi, dan Langkah Antisipasi

JAKARTAMU.COM | Kekeringan adalah salah satu ancaman global yang semakin meningkat akibat perubahan iklim, eksploitasi sumber daya alam yang...

More Articles Like This