Minggu, Februari 23, 2025
No menu items!

Ruswa Darsono Paparkan Wujudul Hilal Yang Berbeda dengan KHGT

Must Read

JAKARTAMU — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Ruswa Darsono, ST., memaparkan adanya perbedaan antara kalender dengan prinsip wujudul hilal dan masalah terkait pemberlakuan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Perbedaan tersebut terungkap, saat dirinya diminta untuk menyikapi penetapan 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1416 hijriyah.

Sebelumnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah mengumumkan 1 Ramadhan 1446 bertepatan dengan 1 Maret 2025. Dalam wawancara sebagaimana dilansir newsums.ac.id Ruswa Darsono mengemukakan, berkaitan dengan kalender hijryah global tunggal atau KHGT merupakan hasil keputusan Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih Muhammadiyah di Pekalongan.

“KHGT bahkan telah disosialisasikan secara luas sejak 1 Muharram 1446 H. Hal tersebut juga diperkuat lagi, di mana pada kalender miladiyah mulai 1 Januari 2025 disertai dengan penanggalan yang merujuk pada KHGT.

Pengajar Ilmu Falak di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu menyebut, bahwa respon warga Muhammadiyah terhadap KHGT sangat positif. Meski pun keputusan Munas belum diterapkan secara resmi melalui tanfidz, namun antusiasme masyarakat menunjukkan bahwa sosialisasi KHGT berjalan dengan baik.

“Semangat warga Muhammadiyah untuk menjalankan keputusan Munas Tarjih luar biasa. Walau pun belum ditanfidzkan, semangat mereka pantas pula diapresiasi. Sosialisasi, dilakukan dari tingkat pusat hingga daerah, dan banyak yang telah menggunakan kalender ini sejak 1 Muharram 1446 H,” sebut Ruswa yang juga pengajar Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) PWM Jawa Tengah, saat ditemui di kediamannya Jumat pekan lalu.

Dalam konteks Muhammadiyah, tambah Ruswa Darsono, tanfidz merujuk pada dokumen resmi yang memuat keputusan-keputusan hasil musyawarah pimpinan. Ia jia menjelaskan, saat ini Muhammadiyah secara resmi masih menggunakan sistem hisab wujudul hilal dalam menentukan awal bulan hijriahnya.

“Nah. Hal ini sesuai dengan peraturan yang berlaku di Majelis Tarjih dan lingkungan Muhammadiyah. Sedangkan mulai 1 Muharram 1447 H, Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan menerapkan KHGT secara resmi,” rinci dia.

Dalam penjelasannya, Ruswa Darsono menerangkan perbedaan antara sistem wujudul hilal dan KHGT. Wujudul hilal adalah metode yang digunakan Muhammadiyah selama ini dengan penentuan awal bulan ditentukan berdasarkan posisi bulan – dalam hal ini adalah piringan atas bulannya– yang sudah berada di atas ufuk saat magrib di wilayah Indonesia pada akhir hari ke-29.

Sementara itu, KHGT menggunakan prinsip imkanur ru’yah global, yakni awal bulan ditentukan berdasarkan kemungkinan hilal dapat terlihat di mana pun di dunia. Jika kriteria ini terpenuhi di suatu tempat, maka seluruh dunia akan memulai tanggal 1 secara bersamaan mulai pukul 12.00 waktu setempat.

“Jika ada satu wilayah di dunia yang memenuhi kriteria imkanur ru’yah global, maka seluruh dunia akan memulai tanggal satu pada malam harinya masing-masing. Ini berbeda dengan sistem wujudul hilal yang berlaku hanya untuk Indonesia,” jelasnya.

Menurut Ruswa, gagasan KHGT bukanlah hal baru. Pembahasannya telah dimulai sejak 1978 dalam forum Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan dibahas lebih lanjut oleh Islamic Educational, Scientific, and Cultural Organization (ISESCO), yang merupakan lembaga di bawah OKI. Seiring waktu, KHGT terus berkembang dan saat ini telah diadopsi oleh 18 organisasi Islam di berbagai negara.

“KHGT bukan hanya usulan Muhammadiyah, tetapi sudah diterapkan oleh banyak organisasi Islam di dunia. Dengan semakin banyaknya pihak yang menggunakan KHGT, diharapkan umat Islam dapat lebih bersatu dalam penanggalan hijriah,” katanya.

Ruswa menyoroti beberapa manfaat utama dari KHGT, salah satunya adalah menghindari “kebingungan umat” menghadapi perbedaan penanggalan dalam peristiwa penting seperti puasa Arafah dan Idul Adha. Dengan penggunaan KHGT yang disepakati dunia, umat Islam yang wukuf di Arafah akan bersamaan tanggalnya dengan umat yang melaksanakan puasa Arafah di manapun lokasinya. Demikian juga dengan Idul Adhanya.

“Dengan KHGT, tidak akan lagi perbedaan peristiwa wukuf di padang Arafah dengan pelaksanaan puasa Arafah antara satu negara dan negara lain. Ini penting untuk kesatuan Islam,” tambahnya.

Ia juga menekankan bahwa meskipun KHGT masih dalam tahap pengembangan, penerapannya telah menunjukkan hasil positif. Muhammadiyah terus melakukan sosialisasi dan evaluasi untuk memastikan kelancaran implementasi KHGT ke depan.

“Ini adalah langkah besar bagi umat Islam. Walaupun ada tantangan, dengan kerja sama berbagai pihak, KHGT dapat menjadi solusi bagi kesatuan kalender hijriah di seluruh dunia,” pungkasnya.

Mengakhiri keterangannya, Ruswa menyatakan sebagai Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jawa Tengah, mengajak warga Muhammadiyah Jawa Tengah untuk memedomani Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah No:1/MLM/I.0/E/2025 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal dan Zulhijjah 1446 Hijriah. (Fika/Humas:UMS)

Jihan Nurlela: Dari Dokter Hingga Wakil Gubernur Lampung, Komitmen untuk Pembangunan Daerah

BANDAR LAMPUNG, JAKARTAMU.COM - Jihan Nurlela resmi dilantik sebagai Wakil Gubernur Lampung untuk periode 2024-2029 oleh Presiden Prabowo. Ia...

More Articles Like This