Senin, April 7, 2025
No menu items!

Sarung dan Gamis yang Ternyata Lebih Menyehatkan

Must Read

SARUNG telah menjadi ciri khas ulama dan santri sejak dahulu. Ketika melihat seseorang mengenakan sarung dengan rapi, pikiran kita langsung tertuju pada sosok ustaz atau santri—minimal seseorang yang dianggap lebih saleh dari orang kebanyakan.

Sarung masih menjadi lambang kesopanan dan keanggunan dalam berpakaian yang mencerminkan nilai-nilai Islam. Namun, di perkotaan saat ini, orang-orang cenderung hanya mengenakan sarung atau gamis saat salat di masjid, terutama selama bulan Ramadan. Di luar bulan suci tersebut, celana panjang lebih mendominasi.

Jika ada seseorang yang memakai sarung di mal, ia cenderung menjadi pusat perhatian karena dianggap tidak wajar. Dalam persepsi umum, pakaian yang “wajar” untuk jalan-jalan ke mal adalah busana ketat—kadang bahkan mengumbar aurat—yang dianggap modern dan modis. Pendek kata, sarung menjadi simbol keislaman sekaligus dianggap kampungan. Padahal, banyak yang tidak tahu bahwa memakai sarung ternyata jauh lebih sehat.

Dalam acara Silaturahim Syawal Pengurus Dikdasmen PWM DKI Jakarta (2015–2022) yang digelar Sabtu, 5 April 2025, di Griya Salak, Munjul, Cipayung, Jakarta Timur, Dr. H. Abdul Hamid, MM—anggota Pengurus Majelis Dikdasmen PWM DKI sekaligus Pengurus Besar PGRI—membagikan pengalaman setelah menjalani operasi prostat.

Dr. H. Abdul Hamid, MM—anggota Pengurus Majelis Dikdasmen PWM DKI Jakarta sekaligus PB PGRI. Foto/jakartamu.com

”Sahabat dan kerabat banyak yang bertanya, karena menurut mereka saya cukup maksimal dalam menjalankan sunnah. Saya rajin salat, rutin puasa Senin-Kamis, bahkan puasa Daud. Tapi tetap saja, saya diuji Allah dengan harus menjalani operasi. Saya anggap ini sebagai teguran penuh kasih sayang dari Allah. Setelah saya evaluasi, sejak muda saya selalu memakai celana panjang ala Barat, bahkan saat tidur pun demikian. Padahal para ulama dan kiai terdahulu sehat-sehat. Mereka mengenakan sarung dalam beraktivitas, memakai gamis atau baju abaya tidak hanya saat salat, tetapi juga dalam aktivitas formal sehari-hari,” ungkap Abdul Hamid.

Faktor kompresi dari pakaian memang tampak ringan, tetapi ternyata dapat menekan cukup kuat hingga membatasi aliran darah. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa dalam 50 tahun terakhir, kualitas sperma pria di dunia mengalami penurunan—salah satunya akibat perkembangan desain celana pria yang semakin ketat.

Oleh karena itu, mengenakan pakaian yang lebih longgar dan bersahabat bagi organ reproduksi seperti sarung dan gamis merupakan langkah yang efektif untuk menjaga atau bahkan meningkatkan kesuburan pria.

Sebuah penelitian yang dimuat dalam Scottish Medical Journal mengungkapkan bahwa pria yang rajin mengenakan kilt (rok khas Skotlandia yang mirip sarung) memiliki kualitas sperma yang lebih baik. Penelitian ini menemukan bahwa pria yang mengenakan kilt tanpa celana dalam memiliki suhu organ reproduksi yang lebih terjaga, terutama di bagian testis—tempat produksi sperma.

Dr. Erwin Kompanje, pencetus penelitian tersebut, mengatakan cukup masuk akal untuk menyarankan pria agar mengenakan rok ala Skotlandia dan mengurangi penggunaan celana ketat. ”Terutama jika ia sedang merencanakan kehamilan,” ujarnya seperti dilansir Daily Mail (27/4/2013.

Prabowo Respons Tarif Trump: Kita Negosiasi tapi Tetap Harus Berdikari

JAKARTAMU.COM | Dialog Presiden Prabowo Subianto dengan tujuh jurnalis senior di perpustakaan pribadinya, Minggu (6/4/2025), juga membahas kebijakan tarif...

More Articles Like This