KETIKA Persyarikatan Muhammadiyah berdiri pada 18 November 1912, ada delapan nama yang tercatat sebagai pengurusnya. Mereka itu antara lain KH Ahmad Dahlan (Ketua Umum), Abd Siratj (Sekretaris), dan anggotanya: Haji Akhmad, H Abdurrahman, R Haji Sarkawi, H Muhammad, RH, Jaelani, H. Anies, dan H Muhammad Fakih.
Menjelang KH Ahmad Dahlan wafat di usia 54 tahun pada 23 Februari 1923, Muhammadiyah yang telah berusia 10 tahun berkembang ke beberapa daerah Karesidenan seperti Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan.
Hingga tahun 1922 Muhammadiyah telah memiliki 15 Cabang di seluruh Indonesia. Pimpinan Pusat (hoofdbestuur) Muhammadiyah sendiri mengurusi 1.230 anggota resmi yang di daerahnya belum memiliki cabang.
Sebelum wafat, KH Ahmad Dahlan tetap bergerak aktif mendakwahkan Islam dan Muhammadiyah. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Tengah (1977) mencatat secara lengkap agenda dakwah pendiri Muhammadiyah pada tahun 1922. Antara lain;
7 Januari 1922: Bersama Nyai Dahlan pergi membuka rapat Muhammadiyah di kota Banyuwangi, Jawa Timur.
25 Januari 1922: Bersama Muhammad Kusnie dan R.M Prawirowiworo, pergi ke Solo mengesahkan pendirian Muhammadiyah Cabang Solo.
28 Januari 1922: Bersama Haji Fakhruddin dan M. Abdullah pergi ke Betawi (Jakarta) untuk mengadakan propaganda bagi pendirian sebuah sekolah guru agama Islam.
30 Januari 1922: Bersama Haji Fakhruddin dan M. Abdullah pergi ke Probolinggo, Jawa Timur untuk menyerahkan ijazah kepada ulama-ulama di sana.
14 Juni 1922 : Bersama Nyai Dahlan dan Siti Umamah pergi ke Nganjuk, Jawa Timur untuk menghadiri rapat ulama
8 Juli 1922: Bersama M. Abdullah melanjutkan pimpinan rumah tangga Muhammadiyah Cabang Kepanjon
6 Agustus 1922: Bersama dengan M. Ng Joyosugito dan Muhammad Usnie membuka pengajaran agama Islam di sekolah Hogere Kweekschool voor Indlandsche Onderwijzers (sekolah guru tinggi untuk bumi putera) di Purworejo, Jawa Tengah.
7 Agustus 1922: Bersama H. Sisyam membantu usaha pendirian sekolah agama Islam di Kepajen.
9 September 1922: Bersama Nyai Dahlan pergi ke Pekalongan dan Pekajangan untuk menggiatkan pengajian Muhammadiyah
12 September 1922: Melangsungkan tabligh akbar dalam rapat umum Sarekat Islam di Bangil
21 September 1922: Bersama r R.M Prawirowiworo pergi mengurus pengajaran agama Islam di HKS Purworedjo yang dihentikan oleh Regent (bupati)
4 November 1922: Bersama Nyai Dahlan dan M. Tayib memimpin rapat akbar yang diselenggarakan R.M Dirjo (penghulu landraad) di Purwokerto. Selain itu, KH Ahmad Dahlan juga membuka pengajaran agama Islam di Osvia Magelang bersama M. Ng. Joyosugito.
14 November 1922: Bersama Nyai Dahlan memimpin rapat Muhammadiyah di Salam, Magelang
18 November 1922: Bersama M. Ng. Joyosugito menghadiri rapat ulang tahun ke-10 Muhammadiyah di Solo
23 November 1922: Mengadakan rapat agama Islam dalam Perkumpulan Daerah Dalem di Surakarta
29 November 1922: Bersama Nyai Dahlan berusaha menanamkan benih Muhammadiyah di Tosari dan membantu pendirian sebuah masjid di sana. (sumber)