JAKARTAMU.COM | Salat bagi umat Islam bukan saja memenuhi kewajiban tetapi juga untuk menuntun pada kebaikan, kesuksesan, dan kebahagiaan. Kendati salat tanpa pemahaman sekali pun dianggap sah secara fikih, setiap muslim hendaknya tidak hanya melaksanakan salat tidak sekadar untuk menggugurkan kewajiban.
”Kita harus memeriksa diri kita sendiri, apakah kita benar-benar memahami setiap bacaan dalam salat kita,” tutur Ustaz Adi Hidayat dalam Pengajian Isra Mikraj bertema Salat dan Pembentukan Karakter Utama di Masjid Baitut Tholibin Kemendikdasmen RI, Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (31/1/2025).
Adi Hidayat mengajak umat untuk memahami setiap bacaan dan gerakan salat karena hal itu akan memberikan dampak yang jauh lebih besar dalam kehidupan sehari-hari. Memahami apa yang dibaca, lanjut Adi Hidayat, juga bagian dari perintah Allah.
Dia lalu mengutip ayat pertama Surat Al Alaq dan ayat 129 Surat Al Baqarah, yang sama-sama memerintahkan manusia untuk membaca tetapi dalam makna yang berbeda.
Al Alaq ayat 1 berbunyi:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ١
”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan>”
Al-Baqarah ayat 129 berbunyi:
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيْهِمْۗ اِنَّكَ اَنْتَ
الْعَزِيْزُ الْحَكِيْم ١٢٩
”Ya Tuhan kami, utuslah di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, mengajarkan kitab suci dan hikmah (sunah) kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
Kata iqra’ dalam Surat Al Alaq artinya bacalah. Begitu juga utluu dalam ayat 129 Al Baqarah yang berarti bacalah. ”Iqra’ itu perintah membaca tanpa tuntutan untuk memahami apa yang dibaca. Tapi utluu adalah perintah membaca namun tapi sudah paham apa yang dibaca. Utluu adalah kata dasar dari tilawah,” kata Adi Hidayat.
Menurut Adi Hidayat, tilawah memiliki tiga makna inti, yaitu membaca, memahami apa yang dibaca, dan mengamalkan isinya. Itu sebabnya seseorang yang hanya membaca tanpa memahami dan mengamalkan, artinya dia belum sepenuhnya bertawalah atau melakukan tilawah dengan benar.
”Salat itu tidak sekedar membaca teks bacaan dan doa namun harus memahami bacaan dan doa yang kita baca. Dengan begitu salat menjadi bermakna,” kata Adi Hidayat.
Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa banyak orang yang rajin salat bahkan ke masjid tetapi tetap melakukan perbuatan tercela seperti korupsi. Salat yang dilakukannya seolah tidak membekas dalam perilaku sehari-harinya.
Jika seseorang masih terlibat dalam tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam seperti pornografi, pornoaksi, atau perilaku yang tak patut, maka itu menjadi tanda bahwa ada yang salah dalam pelaksanaan salat dan tilawahnya
Adi Hidayat menegaskan bahwa setiap orang yang serius menjalankan ibadah salat yang benar seharusnya terbebas dari amalan-amalan atau perbuatan yang tidak diridai Allah, sebagaimana disebutkan Al Qur’an, “Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabut: 45).