MENJELANG akhir abad ke-10 kondisi Daulah Abbasiyah di Baghdad mulai melemah karena daerah kekuasaannya yang luas sudah tidak dapat terkonsolidasikan lagi atau tepatnya memasuki masa disintegrasi.
Kondisi seperti ini membuka peluang bagi munculnya daulah-daulah kecil di daerah-daerah. Mereka membebaskan diri dari pemerintahan pusat, terutama bagi gubernur dan Khalifahnya yang sudah memiliki tentara sendiri. Di daulah itu di antaranya adalah Daulah Fatimiyah.
Daulah Fatimiyah merupakan pemerintahan Syiah. Kala itu, Hubungan antara Daulah Abbasiyah dengan orang-orang Syiah selalu dalam keadaan konflik. Ini terjadi karena Daulah Abbasiyah pernah mengkhianati orang-orang Syiah. Itulah sebabnya sekte Syiah selalu bersikap oposisi bagi pemerintahan Daulah Abbasiyah.
Akibatnya, orang-orang Syiah selalu dikejar-kejar penguasa Daulah Abbasiyah.
Hasan Ibrahim Hasan dalam bukunya berjudul “Tarikh al-Daulah al-Fatimiyah fi Maghribi wa Misra wa Surya, Mesir” menyebut sewaktu terjadi pengejaran besar-besaran terhadap orang-orang Syiah pada masa Khalifah al-Hadi, Imam Idris Ibn Abdullah dan pengikut-pengikutnya berhasil melarikan diri ke Maroko dan mendirikan Daulah Idrisiyah di sana pada tahun 172 H.
Imam Abdullah As-Syi’i (Imam Syiah) termasuk orang yang hendak ditangkap tentara Daulah Abbasiyah sehingga dia melarikan diri dari Baghdad dan berhasil sampai ke desa Salmajah dekat Syiria dan menetap disana.
Kemudian dia menjadikannya sebagai markas dakwah orang-orang Syiah. Tidak lama menetap di Salmajah dia melanjutkan perjalanannya sampai ke Maroko.
Setibanya di Maroko dia menyerukan kepada penduduk agar melantik Ubaidillah Al-Mahdi menjadi pemimpin mereka yang pada saat itu masih berada di desa Salmajah.
Tawaran tersebut diterima penduduk Maroko dan Ubaidillah Al-Mahdi diminta untuk datang ke Maroko.
Akan tetapi kedatangan Ubaidillah diketahui oleh orang-orang Abbasiyah sehigga dia ditangkap pada tahun 296 H.
Abdullah As-Syi’i berusaha mengumpulkan kekuatan dengan sejumlah besar tentara untuk membebaskan Ubaidillah Al-Mahdi dari penjara.
Mendengar pasukan besar tersebut gubernur Daulah Abbasiyah untuk Afrika melarikan diri. Kesempatan itu dapat dipergunakan Ubaidillah Al-Mahdi keluar dari penjara dan dilantik pendukungnya untuk menjadi pemimpin mereka mendirikan Daulah Fatimiyah pada tahun 297 H/909 M.
Dengan demikian, secara resmi berdirilah Daulah Fatimiyah di Maroko memakai gelar Khalifah terbebas dari pemerintahan Daulah Abbasiyah di Baghdad.
Pada mulanya pusat ibu kota Daulah Fatimiyah adalah di Maroko agar mereka terbebas dari pengejaran Daulah Abbasiyah yang menjadi musuh mereka karena letak Maroko jauh dari jangkauan Baghdad sehingga Khalifah Daulah Abbasiyah Baghdadpun tidak bisa berbuat apa-apa.
Akan tetapi setelah kuat mereka kemudian pindah ke Mesir untuk mempermudah pengaruh ke timur dan barat karena letak Mesir berada di antara keduanya. Lebih dari itu mereka ingin membebaskan kawasan ini dari kekuasaan Daulah Abbasiyah.
Daulah ini diberi nama “Fatimiyah” karena dibangsakan kepada Fatimah putri Rasulullah SAW, sebab mereka mengaku masih keturunan Nabi Muhammad SAW melalui Ali dan Fatimah dari keturunan Isma’il anak Ja’far al-Shadiq. Mereka adalah sekte Syi’ah Isma’iliyah.
Daulah yang didirikan oleh Ubaidillah Al-Mahdi ini berkuasa selama lebih kurang 262 tahun (909-1171 M) diperintah oleh 12 orang Khalifah.