JAKARTAMU.COM | Serangan udara brutal dan membabi buta Israel di Jalur Gaza sejak Selasa (18/3/2025) dini hari telah menewaskan sedikitnya 436 warga Palestina, termasuk 183 anak-anak yang tak berdosa.
Angka kematian terus merangkak naik, Media Pemerintah Gaza melaporkan lebih dari 61.700 korban jiwa, termasuk ribuan yang hilang dan diduga tewas terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang hancur lebur. Lebih dari 112.719 warga Palestina lainnya menderita luka-luka akibat serangan keji ini.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dengan arogan menyatakan pemboman dahsyat ini baru permulaan. Ia menantang dunia dengan menegaskan bahwa semua negosiasi gencatan senjata akan berlangsung di bawah teror serangan udara yang tak henti-hentinya. Pernyataan ini menunjukkan niat jahat dan semakin memperburuk situasi, menghancurkan harapan perdamaian.
Di tengah pembantaian massal ini, pejabat Hamas, Taher al-Nono, menyatakan kelompoknya masih terbuka untuk negosiasi. Namun, ia menegaskan bahwa tidak perlu kesepakatan baru selama kesepakatan yang sudah ada masih berlaku. Sikap ini menunjukkan upaya Hamas untuk mencari jalan keluar diplomasi, meskipun menghadapi serangan brutal dan tak berperikemanusiaan dari Israel.
Tragedi kemanusiaan di Gaza telah mencapai skala yang mengerikan. Serangan Israel yang membabi buta telah menghancurkan infrastruktur, memicu krisis kemanusiaan yang mengerikan, dan menimbulkan pertanyaan serius tentang masa depan perdamaian di kawasan tersebut.
Kekejian ini telah menelan puluhan ribu korban dan terus menciptakan penderitaan yang mendalam. Harapan untuk perdamaian tampak semakin samar di tengah meningkatnya kekerasan yang dipertontonkan langsung di depan mata Dunia Internasional yang tak sanggup berbuat banyak untuk menghentikan konflik ini.
Sumber : Aljazeera dan beberapa sumber lainnya