Selasa, Maret 4, 2025
No menu items!

Suraqah bin Malik: Dari Pemburu Rasul hingga Pemegang Gelang Kisra

Kisah Suraqah bin Malik adalah salah satu bukti bagaimana seseorang bisa berubah dari musuh Islam menjadi sahabat yang setia

Must Read

JAKARTAMU.COM | Suraqah bin Malik bin Ju’syum adalah seorang bangsawan dari suku Bani Mudlij, yang terkenal sebagai penunggang kuda dan pemburu ulung di jazirah Arab. Ia awalnya bukan seorang Muslim, melainkan seorang pemimpin suku yang memiliki pengaruh besar di antara Quraisy. Sejarah mencatat namanya terutama dalam peristiwa hijrah Nabi Muhammad ﷺ, di mana ia menjadi salah satu orang yang berambisi menangkap Rasulullah demi hadiah besar yang dijanjikan oleh kaum Quraisy.

Peristiwa yang dialami Suraqah dalam perburuannya terhadap Nabi Muhammad mengubah hidupnya secara drastis. Dari seorang pemburu Rasulullah, ia justru menjadi seorang sahabat yang kemudian menyaksikan kebenaran janji Nabi, hingga di masa Khalifah Umar bin Khattab ia mendapatkan gelang kebesaran Kisra, raja Persia.

Perburuan di Gurun: Antara Ambisi dan Keajaiban

Ketika Nabi Muhammad ﷺ dan sahabatnya, Abu Bakar, hijrah dari Mekah ke Madinah, Quraisy sangat marah karena rencana mereka menggagalkan Islam telah gagal. Mereka mengumumkan sayembara dengan hadiah seratus ekor unta bagi siapa saja yang bisa menangkap Nabi, hidup atau mati. Jumlah ini sangat besar pada masa itu, dan menarik perhatian banyak pemburu serta petualang, termasuk Suraqah bin Malik.

Suatu hari, saat ia sedang duduk bersama kaumnya, seorang pria datang dan melaporkan bahwa ia melihat dua orang di kejauhan, yang diduga sebagai Muhammad dan Abu Bakar. Namun, Suraqah dengan cerdik berpura-pura meremehkan laporan itu, agar tidak ada orang lain yang mengejar mereka terlebih dahulu. Setelah orang-orang bubar, ia segera mempersiapkan kudanya dan berangkat sendiri dengan harapan mendapatkan hadiah besar.

Ketika akhirnya ia menemukan jejak Nabi dan semakin mendekat, tiba-tiba kudanya tersandung dan jatuh. Ia merasa aneh, tetapi tetap melanjutkan pengejaran. Namun, kejadian serupa terjadi lagi: kudanya tergelincir dan terjatuh berkali-kali. Suraqah mulai merasakan ada sesuatu yang tidak biasa.

Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa ia bahkan melihat semacam kabut atau dinding tak terlihat yang menghalanginya setiap kali ia mendekati Rasulullah. Ketika ia mencoba memanah ke arah Nabi, tangannya gemetar, dan anak panahnya jatuh sia-sia.

Menyadari bahwa ada kekuatan yang melindungi Nabi Muhammad, ia akhirnya menyerah. Dengan suara penuh ketakutan, ia meminta agar Rasulullah mendoakannya agar selamat dari kejadian ini. Rasulullah, yang selalu penuh kasih sayang, tidak hanya mengampuninya tetapi juga memberinya jaminan keselamatan. Bahkan, Rasulullah mengucapkan sebuah nubuat yang mengejutkan Suraqah:

“Wahai Suraqah, bagaimana jika suatu hari engkau memakai gelang kebesaran Kisra?”

Bagi Suraqah, ini terdengar mustahil. Bagaimana mungkin ia, seorang pria dari suku Badui di Arab, bisa mengenakan gelang milik Kisra, penguasa Persia yang begitu kuat dan berkuasa? Namun, ia tetap mengingat kata-kata Nabi tersebut. Setelah itu, ia kembali ke kaumnya dan dengan sengaja menyebarkan informasi yang salah kepada orang-orang Quraisy, seolah-olah ia tidak menemukan jejak Rasulullah.

Keislaman Suraqah dan Peranannya di Masa Nabi

Setelah peristiwa tersebut, Suraqah tidak langsung masuk Islam, tetapi hatinya mulai terbuka terhadap ajaran Nabi. Bertahun-tahun kemudian, setelah Fathu Makkah (Penaklukan Mekah) pada tahun 8 H, Suraqah akhirnya datang kepada Nabi dan mengucapkan syahadat. Ia menjadi seorang Muslim yang taat dan aktif dalam perjuangan Islam.

Suraqah juga disebut-sebut sebagai salah satu prajurit yang ikut dalam beberapa ekspedisi Islam di masa Nabi dan setelahnya.

Pemenuhan Janji Nabi: Gelang Kisra di Tangan Suraqah

Nubuat Rasulullah ﷺ tentang Suraqah mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab.

Pada tahun 16 H (sekitar 637 M), pasukan Muslim berhasil menaklukkan Persia dalam Perang al-Qadisiyyah dan menumbangkan Dinasti Sassaniyah. Kisra (raja Persia) Yazdegerd III melarikan diri, dan harta kekayaannya yang luar biasa disita oleh pasukan Muslim. Di antara barang rampasan yang dikirim ke Madinah adalah gelang kebesaran Kisra, mahkotanya, serta jubah kebesaran kerajaan Persia.

Khalifah Umar, yang mengenang janji Rasulullah kepada Suraqah, memanggilnya ke hadapan khalayak ramai di Madinah. Di hadapan kaum Muslimin, Umar mengenakan gelang Kisra kepada Suraqah, sekaligus memberikan mahkota dan jubah kebesaran kerajaan Persia kepadanya.

Suraqah, yang dulu pernah menganggap janji Nabi sebagai sesuatu yang tidak mungkin, kini berdiri dengan gelang emas Kisra di tangannya. Dengan penuh ketundukan, ia menangis dan berkata, “Sungguh, aku telah menyaksikan kebenaran janji Rasulullah.”

Namun, karena kesederhanaan ajaran Islam, Umar bin Khattab kemudian meminta Suraqah untuk melepas gelang dan mahkota tersebut, karena perhiasan berlebihan bertentangan dengan prinsip Islam. Suraqah pun segera melepasnya dan kembali hidup sederhana sebagai seorang Muslim.

Akhir Hidup Suraqah

Tidak banyak catatan detail mengenai kehidupan Suraqah setelah itu. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa ia tetap aktif dalam perjuangan Islam dan hidup hingga masa-masa berikutnya. Ia diyakini meninggal dalam keadaan Muslim yang taat, meninggalkan kisah yang menjadi bukti kebesaran dan kebenaran janji Nabi Muhammad ﷺ.

Kesimpulan: Dari Ambisi Duniawi ke Keyakinan Sejati

Kisah Suraqah bin Malik adalah salah satu bukti bagaimana seseorang bisa berubah dari musuh Islam menjadi sahabat yang setia. Dari seorang pemburu yang ingin menangkap Nabi, ia berakhir sebagai saksi kebenaran Islam, bahkan menerima kehormatan yang telah dijanjikan Rasulullah ﷺ.

Janji gelang Kisra yang tampak mustahil pada awalnya, justru menjadi kenyataan di kemudian hari. Hal ini menunjukkan bahwa takdir Allah selalu bekerja dengan cara yang luar biasa, dan bahwa apa yang dikatakan oleh Rasulullah ﷺ bukan sekadar kata-kata kosong, tetapi sebuah kebenaran yang akan terjadi pada waktunya.

Kisah ini juga menjadi pengingat bahwa setiap manusia memiliki kesempatan untuk berubah. Bahkan seseorang yang awalnya menentang Islam bisa menjadi bagian dari barisan orang-orang beriman, jika hatinya terbuka terhadap kebenaran. (Dwi Taufan Hidayat)

Libur Idulfitri Sekolah Ditambah Seminggu

JAKARTAMU.COM | Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengungkapkan perubahan jadwal pembelajaran selama Ramadan, termasuk perubahan libur...

More Articles Like This