Rabu, Maret 19, 2025
No menu items!
spot_img

Suyanto, Lulusan STM Asal Lamongan yang Membangun Pesawat hingga Dibeli Pemerintah Ceko

spot_img
Must Read

LAMONGAN, JAKARTAMU.COM | Di tengah keterbatasan, semangat dan ketekunan dapat mengantarkan seseorang mencapai prestasi luar biasa. Hal ini dibuktikan oleh Suyanto (42), seorang pria asal Lamongan, Jawa Timur, yang berhasil merancang dan membuat tiga pesawat secara mandiri. Bahkan, dua di antaranya telah dibeli oleh pemerintah Republik Ceko.

Keberhasilan Suyanto menjadi sorotan, mengingat latar belakangnya sebagai lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) dan pernah bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Kini, karyanya tak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga menginspirasi banyak orang di Tanah Air.

Dari TKI hingga Perancang Pesawat

Suyanto mengenyam pendidikan di STM Babat, Lamongan. Setelah lulus, ia merantau ke Republik Ceko untuk bekerja sebagai TKI. Tanpa latar belakang akademik di bidang penerbangan, Suyanto mendapat kesempatan bekerja di sebuah perusahaan manufaktur pesawat di negara tersebut.

“Dulu saya hanya lulusan STM dan sempat menjadi TKI di Republik Ceko. Di sana, saya bekerja di perusahaan pesawat terbang. Dari sana saya belajar banyak hal tentang teknologi dan perakitan pesawat,” ujar Suyanto.

Pengalaman di industri penerbangan itu menjadi modal bagi Suyanto ketika ia memutuskan kembali ke Indonesia. Berbekal ilmu dan keterampilan yang diperolehnya, ia bertekad membangun pesawat sendiri.

Tiga Pesawat Rakitan, Dua Laku ke Republik Ceko

Setelah menetap di Ciamis, Jawa Barat, Suyanto mulai merancang dan merakit pesawat secara mandiri di rumah istrinya di Kecamatan Lakbok. Hingga kini, ia telah berhasil membangun tiga unit pesawat jenis Short Take-Off and Landing (STOL).

“Setelah tidak lagi menjadi TKI, saya menetap di Ciamis, sekalian mencoba membuat pesawat dari pengalaman yang saya dapatkan. Sudah tiga yang saya buat, dan dua di antaranya sudah dibeli oleh pemerintah Republik Ceko tahun lalu,” kata Suyanto.

Pesawat rakitan Suyanto memiliki spesifikasi yang cukup mumpuni. Dengan panjang 7 meter dan lebar 9 meter, pesawat ini mampu menampung dua orang penumpang. Kecepatannya mencapai 180 km/jam, dengan daya tahan terbang hingga 4 jam. Pesawat ini menggunakan bahan bakar Pertamax dengan kapasitas tangki 80 liter dan mengandalkan mesin mobil Honda Jazz RS 2015.

Pesawat Dibawa ke Kampung Halaman

Suyanto memutuskan membawa salah satu pesawat hasil rancangannya ke kampung halamannya di Lamongan. Langkah ini bukan sekadar perjalanan pulang, tetapi juga sebagai bentuk pembuktian bahwa anak bangsa mampu menciptakan teknologi sekelas industri penerbangan internasional.

“Pertama untuk membuktikan bahwa anak bangsa juga bisa membuat pesawat sekelas Amerika,” ujarnya.

Pesawat yang telah dirakit di Ciamis dibongkar menjadi beberapa bagian, seperti sayap, baling-baling, dan roda, agar lebih mudah diangkut. Kemudian, seluruh bagian tersebut diangkut menggunakan truk menuju Lamongan.

“(Pesawat) baru tiba Minggu kemarin, diangkut pakai truk,” jelas Suyanto.

Menunggu Uji Kelaikan Terbang

Meskipun pesawat rakitannya telah rampung, Suyanto masih menunggu proses uji kelaikan dari pihak berwenang sebelum pesawat benar-benar bisa diterbangkan. Selain itu, ia juga tengah mengurus identitas resmi bagi pesawatnya.

“Saat ini, semuanya masih dalam proses. Saya menunggu uji kelaikan dari pihak terkait, sekaligus pendaftaran identitas pesawat,” jelasnya.

Harapan untuk Pengembangan Industri Dirgantara Lokal

Keberhasilan Suyanto menjadi bukti bahwa inovasi dan kreativitas anak bangsa tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak pihak berharap agar pemerintah maupun institusi terkait dapat memberikan dukungan bagi individu-individu berbakat seperti Suyanto, baik dari segi regulasi maupun fasilitas riset dan pengembangan.

Pencapaian Suyanto juga menginspirasi generasi muda untuk terus berinovasi di berbagai bidang, termasuk industri dirgantara. Dengan dukungan yang tepat, bukan tidak mungkin Indonesia suatu hari nanti mampu memproduksi pesawat secara mandiri dan bersaing di tingkat global. (Dwi Taufan Hidayat)

spot_img

Mbah Lasiyo, Profesor Pisang dari Bantul: Petani Sederhana yang Mendunia

JAKARTAMU.COM | Di sebuah desa kecil di Bantul, Yogyakarta, lahir seorang petani yang kemudian dikenal sebagai "Profesor Pisang". Nama...

More Articles Like This