Senin, Februari 24, 2025
No menu items!

Swedia Kembali ke Buku: Sekolah Tinggalkan Komputer untuk Tingkatkan Daya Ingat dan Belajar Siswa

Must Read

JAKARTAMU.COM | Dalam beberapa tahun terakhir, Swedia menjadi sorotan dunia pendidikan setelah sejumlah sekolah memutuskan untuk mengurangi penggunaan komputer dan kembali mengandalkan buku fisik serta metode pembelajaran tradisional. Keputusan ini diambil setelah berbagai penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa digitalisasi yang berlebihan justru berdampak negatif pada kemampuan daya ingat dan proses belajar anak.

Latar Belakang: Digitalisasi dalam Pendidikan
Sejak era digitalisasi melanda dunia pendidikan, banyak negara, termasuk Swedia, mengadopsi teknologi sebagai bagian integral dari proses belajar mengajar. Komputer, tablet, dan aplikasi pembelajaran digital dianggap sebagai solusi modern untuk meningkatkan efisiensi dan keterlibatan siswa. Namun, belakangan ini, muncul kekhawatiran bahwa ketergantungan pada teknologi justru menghambat perkembangan kognitif anak.

Penelitian dan Temuan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan perangkat digital secara intensif dapat mengurangi kemampuan siswa untuk fokus dan mengingat informasi. Sebuah studi yang dilakukan oleh Karolinska Institute di Swedia menemukan bahwa siswa yang belajar menggunakan buku fisik cenderung memiliki pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan dengan mereka yang belajar melalui layar komputer. Selain itu, penggunaan komputer yang berlebihan juga dikaitkan dengan peningkatan distraksi dan penurunan kemampuan menulis tangan, yang penting untuk perkembangan motorik halus dan kreativitas.

Kebijakan Sekolah di Swedia
Menyikapi temuan ini, beberapa sekolah di Swedia mulai mengurangi ketergantungan pada teknologi. Salah satunya adalah sekolah dasar di kota Sollentuna, yang memutuskan untuk kembali menggunakan buku teks dan kertas dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah tersebut, Anna Kjellberg, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah melihat penurunan kemampuan membaca dan menulis siswa. “Kami menyadari bahwa anak-anak perlu lebih banyak berinteraksi dengan materi fisik untuk mengembangkan kemampuan kognitif mereka,” ujarnya.

Respons dari Orang Tua dan Siswa
Respons dari orang tua dan siswa terhadap kebijakan ini beragam. Sebagian orang tua menyambut baik langkah ini, mengingat kekhawatiran mereka terhadap dampak negatif screen time yang berlebihan. Namun, ada juga yang merasa khawatir bahwa langkah ini akan membuat siswa tertinggal dalam hal penguasaan teknologi. Sementara itu, beberapa siswa mengaku merasa lebih nyaman belajar dengan buku fisik karena mereka bisa lebih fokus dan tidak mudah terganggu oleh notifikasi atau godaan untuk membuka aplikasi lain.

Pandangan Ahli Pendidikan Internasional
Ahli pendidikan, Dr. Magnus Haake dari Lund University, menyatakan bahwa keseimbangan antara teknologi dan metode tradisional adalah kunci. “Teknologi memiliki potensi besar, tetapi kita tidak boleh melupakan pentingnya interaksi fisik dengan materi pembelajaran. Buku dan menulis tangan memiliki peran yang tidak bisa sepenuhnya digantikan oleh komputer,” katanya.

Pandangan Ahli Pendidikan Indonesia
Di Indonesia, ahli pendidikan juga memberikan tanggapan terkait fenomena ini. Dr. Arief Rahman, pakar pendidikan dan Direktur Eksekutif Indonesian Institute for Society Empowerment (INSEP), menyatakan bahwa penggunaan teknologi dalam pendidikan harus disesuaikan dengan konteks lokal. “Di Indonesia, teknologi bisa menjadi alat yang sangat membantu, terutama di daerah terpencil yang kekurangan akses ke buku fisik. Namun, kita juga harus memastikan bahwa penggunaannya tidak mengganggu perkembangan kognitif dan sosial siswa,” ujarnya.

Selain itu, Prof. Suyanto, Ph.D., mantan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menekankan pentingnya pendekatan yang seimbang. “Teknologi adalah alat, bukan tujuan. Kita perlu memastikan bahwa siswa tetap memiliki kemampuan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung secara manual. Ini adalah fondasi yang tidak boleh diabaikan, meskipun kita hidup di era digital,” jelasnya.

Kesimpulan
Keputusan sekolah-sekolah di Swedia untuk kembali ke buku fisik mencerminkan upaya untuk menyeimbangkan antara kemajuan teknologi dan kebutuhan dasar dalam proses belajar. Langkah ini mengingatkan kita bahwa meskipun teknologi dapat menjadi alat yang powerful, penggunaannya harus bijaksana agar tidak mengorbankan perkembangan kognitif dan kemampuan belajar siswa. Di Indonesia, tantangannya adalah bagaimana memanfaatkan teknologi untuk memperluas akses pendidikan tanpa mengabaikan pentingnya metode pembelajaran tradisional yang telah terbukti efektif.

Dwi Taufan Hidayat, Sekretaris Korp Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah

Ancaman Kekeringan Global 2025: Realitas, Prediksi, dan Langkah Antisipasi

JAKARTAMU.COM | Kekeringan adalah salah satu ancaman global yang semakin meningkat akibat perubahan iklim, eksploitasi sumber daya alam yang...

More Articles Like This