Selasa, Januari 28, 2025
No menu items!

Tak Semua yang Hijau Itu Menyehatkan

Must Read

DI musim hujan seperti saat ini, paling nikmat menyantap hidangan yang hangat-hangat dan berkuah. Sambil menunggu ikan bakar,Para penggemar seafood biasanya memesan kerang rebus yang disantap dengan cocolan saus sambal dicampur parutan nanas.

Kerang bisa dibilang sebagai jenis seafood dengan harga yang ramah di kantong. Harganya pun terjangkau, hanya Rp10.000 untuk satu porsi piring kecil. Sebagai perbandingan, beberapa jenis seafood lainnya seperti lobster atau kepiting sering kali memiliki harga yang jauh lebih mahal, terutama di restoran atau tempat makan kelas menengah ke atas.

Lobster, misalnya, dapat dihargai hingga ratusan ribu rupiah per porsi, tergantung pada berat dan cara penyajiannya, sementara kepiting biasanya dihargai mulai dari Rp150.000 per porsi di restoran seafood biasa.

Meski murah, kerang memiliki rasa gurih yang nikmat dan dapat diolah menjadi berbagai macam hidangan. Untuk seafood kelas gerobakan, kerang kerap dimasak dengan bumbu kuning, balado, atau saus Padang.

Kesegaran kerang sangat menentukan tekstur dan rasanya. Kerang segar memiliki tekstur kenyal, lembut, serta rasa sedikit manis dan gurih. Selain itu, kerang segar tidak mengeluarkan bau amis yang menyengat.

Tapi tahukah Anda bahwa ada kerang yang malah berpotensi mengancam kesehatan manusia? Kerang hijau. Ya, kerang hijau di Jakarta khususnya, menjadi preseden bahwa jargon hijau tidak selalu membawa kebaikan. Kerang hijau nyaris menjadi segala wujud kebalikan dari ramah lingkungan, sehat, dan alami.

Meskipun memiliki nama yang begitu ramah, kerang hijau justru sering menjadi indikator pencemaran lingkungan akibat kemampuannya mengakumulasi logam berat dan bahan toksik lain dari perairan tempat ia hidup. Bayangkan bila kerang hijau yang terpapar logam berat itu dikonsumsi manusia.

Menurut penelitian Pusat Riset Perikanan Jakarta, sebagian besar kerang hijau (Perna viridis) yang berasal dari pantai utara Jawa tidak layak konsumsi. Penelitian ini dipublikasikan di Jurnal Oseanologi dan Limnologi dengan judul Akumulasi Logam Berat pada Kerang Hijau di Perairan Pesisir Jawa.

Para peneliti, yaitu Ariani Andayani, Isti Koesharyani, Ulfa Fayumi, Rasidi, dan Ketut Sugama, menyatakan bahwa kerang hijau yang banyak dibudidayakan di perairan pantai utara Pulau Jawa terpapar limbah yang mengandung logam berat yang bersifat toksik.

Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwa sebagian besar kerang hijau dari pantai utara Jawa telah tercemar logam berat dan tidak layak untuk dikonsumsi.

Untuk menghindari risiko kesehatan, warga DKI Jakarta dan sebaiknya berhati-hati mengonsumsi kerang hijau. Pastikan kerang yang dikonsumsi berasal dari sumber yang terpercaya dan terbukti bebas dari pencemaran logam berat.

Biar pun Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono berniat memanfaatkan bambu dari pagar laut yang kontroversial di kawasan Laut Tangerang, Banten, untuk penangkaran kerang hijau, masyarakat tetap wajib hati-hati. (*)

DMI Bangun 10 Masjid di Gaza, Ditargetkan Selesai Awal Ramadan

JAKARTAMU.COM | Dalam langkah yang penuh harapan, Dewan Masjid Indonesia (DMI) mengumumkan rencana pembangunan 10 masjid semi-permanen di Jalur...

More Articles Like This