Senin, Februari 3, 2025
No menu items!

Takut pada Sesuatu dengan Berlebihan: Perspektif Islam

Must Read

JAKARTAMU.COM | Dalam kehidupan sehari-hari, rasa takut adalah perasaan yang wajar dan alami. Namun, bagaimana kita memaknai dan mengelola rasa takut tersebut, terutama dalam konteks agama, menjadi hal yang sangat penting untuk kita perhatikan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa “takut alami pada asalnya mubah” atau dibolehkan. Namun, jika rasa takut ini membawa kita untuk meninggalkan kewajiban atau melakukan yang haram, maka rasa takut tersebut menjadi terlarang.

  1. Takut adalah Perasaan Alami yang Dibolehkan

Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an menggambarkan bagaimana Nabi Musa ‘alaihissalam merasakan ketakutan. Dalam surat Al-Qasas, Allah berfirman:

فَخَرَجَ مِنْهَا خَائِفًا يَتَرَقَّبُ
“Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir.”
(QS. Al-Qasas: 21)

Di sini, kita melihat bahwa Nabi Musa merasa takut ketika dia harus meninggalkan kota dan menghadapi potensi bahaya setelah membunuh seorang dari kalangan kaum Fir’aun. Ini menunjukkan bahwa rasa takut pada situasi tertentu adalah hal yang manusiawi dan sah-sah saja.

Begitu pula dalam ayat lain, ketika Nabi Musa berkata:

رَبُّ إِنِّي قَتَلْتُ مِنْهُمْ نَفْسًا فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seorang dari mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku.”
(QS. Al-Qasas: 33)

Rasa takut yang alami pada Nabi Musa ini tidak dilarang, karena itu adalah reaksi yang wajar terhadap situasi yang penuh ancaman. Rasa takut semacam ini adalah fitrah manusia, dan Islam tidak melarangnya, asalkan tidak berlarut-larut atau mengarah pada ketakutan yang merugikan.

  1. Takut yang Menghalangi Kewajiban atau Membawa pada Hal yang Haram

Namun, Islam mengingatkan kita agar tidak membiarkan rasa takut menguasai kita sehingga kita terhalang dari menjalankan kewajiban agama atau malah jatuh pada perbuatan haram. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah memberikan penjelasan:

“Jika rasa takut ini menyebabkan seseorang meninggalkan kewajiban atau melakukan yang haram, maka hukumnya menjadi haram.”

Hal ini menunjukkan bahwa ketakutan yang berlebihan, yang menghalangi kita dari melakukan hal-hal yang diperintahkan Allah atau mendorong kita untuk melakukan perbuatan yang dilarang, adalah suatu bentuk ketakutan yang tercela.

Misalnya, seseorang takut untuk berjihad di jalan Allah karena takut mati atau takut terluka. Padahal, berjihad adalah kewajiban bagi mereka yang mampu dan dalam kondisi yang sesuai. Begitu pula, rasa takut yang berlebihan sehingga menyebabkan seseorang meninggalkan shalat atau perintah agama lainnya, adalah salah satu bentuk ketakutan yang tidak dibenarkan dalam Islam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ
“Sesungguhnya itu adalah setan yang menakut-nakuti para pengikutnya.”
(QS. Al-Imran: 175)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa rasa takut yang datang dari godaan setan sering kali membawa kita pada hal-hal yang negatif, seperti kelalaian terhadap kewajiban agama atau terjerumus dalam perbuatan dosa. Ketakutan yang disebabkan oleh bisikan setan ini adalah bentuk ketakutan yang harus dihindari.

  1. Mengelola Rasa Takut dengan Bijak

Meskipun ketakutan adalah perasaan alami, Islam mengajarkan kita untuk mengelola rasa takut ini dengan bijak. Rasa takut harus diarahkan kepada Allah, agar kita senantiasa bergantung kepada-Nya dalam segala situasi. Takut kepada Allah adalah salah satu sifat mulia yang harus dimiliki oleh seorang Muslim, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman.”
(QS. Ali Imran: 175)

Takut kepada Allah akan menguatkan keimanan kita dan menjaga kita agar tidak tergoda oleh ketakutan yang berlebihan yang merugikan. Kita harus percaya bahwa apa pun yang terjadi dalam hidup ini sudah diatur oleh Allah, dan Dia lah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada hamba-Nya.

  1. Kesimpulan: Takut yang Seimbang

Dari paparan ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa rasa takut yang berlebihan dapat menjadi berbahaya apabila menghalangi kita dari menjalankan kewajiban agama atau bahkan membuat kita jatuh dalam dosa. Sebaliknya, rasa takut yang alami dan dikelola dengan baik, serta diarahkan hanya kepada Allah, adalah sifat yang terpuji.

Semoga kita selalu menjaga hati dan pikiran kita, agar kita tidak terjebak dalam rasa takut yang berlebihan. Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk selalu menjaga ketakwaan dan keimanan, serta senantiasa melaksanakan perintah-Nya dengan penuh keikhlasan dan rasa takut yang benar.

اللهم اجعلنا من الذين يخافونك ويتوكلون عليك ويعملون بما يرضيك
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang takut kepada-Mu, bertawakal kepada-Mu, dan beramal dengan apa yang Engkau ridhoi.”

Aamiin.

Dwi Taufan Hidayat, Penasihat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang

Rayakan HUT ke-5, Aliansi Jurnalis Video Perkuat Peran Jurnalisme pada Era Digital

JAKARTAMU.COM - Aliansi Jurnalis Video (AJV) merayakan hari jadi ke-5 pada 2 Februari 2025, sekaligus menggelar diskusi publik bertajuk "Industri media di...

More Articles Like This