JAKARTAMU.COM | Suasana haru menyelimuti kompleks PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Kabupaten Sukoharjo pada Jumat, 28 Februari 2025. Hari itu menjadi momen perpisahan bagi 8.475 karyawan yang harus mengakhiri masa kerja mereka di pabrik tekstil yang telah menjadi sumber penghidupan selama bertahun-tahun.
Sejak pagi, ribuan buruh berkumpul dengan wajah muram. Beberapa di antara mereka tampak saling berpelukan, meneteskan air mata, dan menguatkan satu sama lain. Dalam ekspresi kesedihan yang mendalam, banyak karyawan yang mencoret-coret seragam kerja mereka dengan spidol atau cat, menuliskan pesan perpisahan dan kenangan manis selama bekerja di Sritex. Pemandangan ini mengingatkan pada tradisi kelulusan sekolah, di mana siswa saling menandai seragam sebagai tanda perpisahan.
Keputusan penutupan operasional Sritex secara permanen efektif berlaku mulai 1 Maret 2025. Langkah ini diambil setelah perusahaan dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Kota Semarang pada Oktober 2024 . Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelamatkan perusahaan, termasuk pertemuan antara kurator dan pemilik pada Januari 2025, keputusan akhir tetap mengarah pada penutupan .
Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Dispernaker) Sukoharjo, Sumarno, mengonfirmasi bahwa seluruh karyawan telah menerima formulir Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). “Setelah sidang pada 30 Januari lalu, kurator dan pemilik PT Sritex bertemu dan sudah ada keputusan,” ujarnya. “Tanggal 26 Februari dilakukan PHK, namun karyawan bekerja terakhir pada 28 Februari, sehingga resmi berhenti per 1 Maret 2025.” Sumarno juga menyebutkan bahwa penutupan Sritex secara permanen menjadi kewenangan kurator .
Menanggapi gelombang PHK massal ini, Pemerintah Kabupaten Sukoharjo berupaya meringankan beban para pekerja dengan menyediakan sekitar 8.000 lowongan kerja tanpa tes masuk di berbagai perusahaan lokal. Langkah ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi para mantan karyawan Sritex untuk segera mendapatkan pekerjaan baru dan menjaga stabilitas ekonomi keluarga mereka .

Namun, bagi banyak buruh, meninggalkan Sritex bukan hanya soal kehilangan pekerjaan, tetapi juga perpisahan dengan tempat yang telah menjadi bagian penting dari hidup mereka. “Saya sudah bekerja di sini selama 15 tahun. Rasanya seperti kehilangan rumah kedua,” ujar salah satu karyawan dengan mata berkaca-kaca. Kenangan manis, suka duka, serta ikatan emosional yang terjalin selama bertahun-tahun membuat perpisahan ini terasa begitu berat.
Sebelumnya, pada November 2024, Presiden Komisaris Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto, sempat membantah adanya PHK massal pasca putusan pailit. “Saat ini Sritex tidak melakukan PHK, satu orang pun,” tegasnya saat konferensi pers di Jakarta . Namun, seiring berjalannya waktu, kondisi perusahaan semakin sulit, hingga akhirnya keputusan pahit tersebut tak terelakkan.
Hari terakhir di Sritex ditutup dengan suasana pilu. Para karyawan saling berpamitan, berharap semoga jalan ke depan membawa keberuntungan dan kesempatan baru. Meskipun lembaran baru harus dibuka, kenangan di Sritex akan selalu terpatri dalam hati setiap buruh yang pernah menjadi bagian dari keluarga besar perusahaan ini. (Dwi Taufan Hidayat)