JAKARTAMU.COM | Seekstrim apa pun kondisi yang dihadapi, jika seseorang memiliki tempat bergantung yang kokoh, maka hatinya akan tetap merasa aman. Inilah hakikat tawakal kepada Allah ﷻ, Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Kuat. Orang yang benar-benar bertawakal kepada-Nya tidak akan pernah merasa takut atau gelisah terhadap segala cobaan yang menimpanya. Sebab, ia yakin bahwa Allah ﷻ adalah sebaik-baik penolong dan pelindung.
Allah ﷻ berfirman:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. At-Talaq: 3)
Ayat ini menunjukkan bahwa tawakal adalah sarana untuk meraih kecukupan dari Allah ﷻ. Seorang mukmin yang bertawakal akan diberikan ketenangan hati, petunjuk dalam setiap langkahnya, serta rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Namun, sering kali seseorang merasa telah bertawakal tetapi masih merasakan kegelisahan dan kecemasan dalam hatinya. Ini bisa jadi karena tawakalnya belum benar atau ia salah meletakkan tawakalnya, bukan kepada Allah ﷻ yang Maha Kuat. Tawakal yang benar harus memenuhi tiga syarat utama:
- Keyakinan penuh kepada Allah ﷻ – Bahwa hanya Allah yang mengatur segala sesuatu dan tidak ada yang terjadi tanpa izin-Nya.
- Usaha yang maksimal – Tawakal tidak berarti meninggalkan usaha. Rasulullah ﷺ bersabda:
اعقلها وتوكل
“Ikatlah untamu, lalu bertawakallah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi no. 2517)
- Berserah diri sepenuhnya setelah berusaha – Setelah segala ikhtiar dilakukan, seorang mukmin harus ridha dengan ketentuan Allah, baik itu sesuai harapannya maupun tidak.
Allah ﷻ juga menegaskan dalam firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” (QS. Ali ‘Imran: 159)
Tawakal yang benar akan melahirkan ketenangan jiwa. Rasulullah ﷺ bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung yang pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi no. 2344)
Burung tidak hanya diam di sarangnya menunggu rezeki, tetapi ia terbang mencari makanan, lalu Allah ﷻ mencukupi kebutuhannya. Begitu pula manusia, harus berusaha dengan sungguh-sungguh seraya menyerahkan hasilnya kepada Allah ﷻ.
Maka, mari kita koreksi kembali tawakal kita. Apakah kita benar-benar telah bertawakal kepada Allah ﷻ atau masih bergantung pada makhluk? Apakah hati kita sudah merasa aman dalam lindungan-Nya atau masih dibayangi ketakutan duniawi? Semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba-hamba yang bertawakal dengan sebenar-benarnya, sehingga hidup kita penuh dengan ketenangan, keyakinan, dan keberkahan. Aamiin.