Kadang hidup juga perlu sedikit ditertawakan, sedikit saja;
Karena selebihnya adalah realita-realita yang menyedihkan.
PERNYATAAN tersebut mencerminkan realitas kehidupan manusia, di mana tawa dan kebahagiaan adalah bagian dari keseimbangan dalam menjalani kehidupan. Meskipun hidup penuh dengan tantangan dan ujian, Islam tidak melarang seseorang untuk tertawa atau merasa bahagia, selama tidak berlebihan dan tetap dalam batas-batas yang dibenarkan. Bahkan, tersenyum dan menyebarkan kebaikan merupakan bagian dari sunnah Nabi ﷺ.
Dalil dari Al-Qur’an
Allah mengakui bahwa tawa dan tangis adalah bagian dari sifat manusia:
وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى
“Dan Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” (QS. An-Najm: 43)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan tawa sebagai bagian dari fitrah manusia, yang mengiringi perasaan bahagia atau refleksi atas kehidupan.
Dalil dari Hadis
Nabi Muhammad ﷺ dikenal sebagai pribadi yang sering tersenyum. Dalam sebuah hadis disebutkan:
عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: مَا رَآنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي
“Jarir bin Abdullah berkata: Tidaklah Rasulullah ﷺ melihatku kecuali beliau tersenyum kepadaku.” (HR. Bukhari, no. 6089)
Tersenyum dan tertawa kecil adalah bentuk kebahagiaan yang dibolehkan dan bahkan dapat menjadi sedekah. Nabi ﷺ bersabda:
تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Tersenyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi, no. 1970)
Keseimbangan dalam Hidup
Namun, Islam mengingatkan agar tawa tidak berlebihan hingga melupakan realitas kehidupan atau melalaikan ibadah:
فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلًا وَلْيَبْكُوا كَثِيرًا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan banyak menangis, sebagai balasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. At-Taubah: 82)
Hadis juga mengingatkan tentang bahaya tawa berlebihan:
إِيَّاكَ وَكَثْرَةَ الضَّحِكِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
“Hindarilah terlalu banyak tertawa, karena terlalu banyak tertawa akan mematikan hati.” (HR. Tirmidzi, no. 2305)
Kesimpulan
Sedikit tawa untuk menghadapi beratnya kehidupan adalah hal yang wajar dan manusiawi. Namun, Islam mengajarkan agar manusia tidak larut dalam kesenangan duniawi hingga melupakan tugas utama mereka sebagai hamba Allah. Sebaliknya, kebahagiaan yang sesungguhnya adalah keseimbangan antara menikmati karunia Allah dengan kesadaran akan tanggung jawab akhirat. (Dwi Taufan Hidayat)