Pantun Pembuka:
Pergi ke pasar membeli delima,
Delima manis pembuka selera.
Mari membaca dengan tartil yang prima,
Agar Al-Qur’an terasa maknanya.
Definisi Tartil
Tartil dalam membaca Al-Qur’an memiliki makna yang mendalam. Berdasarkan perkataan ‘Ali ibn Abi Thalib, tartil berarti tajwid huruf dan mengetahui tempat-tempat berhenti.
Definisi ini mengacu pada Surat Al-Muzammil ayat 4 yang menekankan pentingnya membaca Al-Qur’an dengan perlahan, memperhatikan setiap huruf dan tanda baca, serta memahami tempat-tempat berhenti yang benar.
Imam Ibnul Jazari dalam Thayyibatun Nasyr menjelaskan bahwa Al-Qur’an dapat dibaca dengan tiga tempo utama, yakni tahqiq, hadr, dan tadwir.
Setiap tempo ini memiliki karakteristik tertentu yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan pembacanya, namun tetap harus dilakukan sesuai kaidah tajwid dan dengan suara yang indah sesuai dialek Arab.
- Tahqiq: Tempo Lambat
Tahqiq adalah membaca Al-Qur’an dengan tempo yang sangat lambat, penuh ketenangan, dan perhatian pada setiap huruf yang dibaca. Dalam tahqiq, seorang qari (pembaca Al-Qur’an) memastikan bahwa setiap huruf diucapkan sesuai dengan haknya, tanpa dikurangi atau dilebihkan.
Kegunaan:
Tahqiq sangat cocok untuk proses belajar mengajar, terutama bagi pemula yang sedang mempelajari tajwid dan makhraj huruf. Tempo ini juga sering digunakan dalam pengajaran formal seperti di madrasah atau pesantren, di mana setiap detil bacaan diperhatikan dengan cermat.
Keunggulan:
Membantu dalam mendalami ilmu tajwid, memperbaiki pengucapan huruf, dan meningkatkan pemahaman terhadap teks Al-Qur’an.
- Hadr: Tempo Cepat
Hadr adalah membaca Al-Qur’an dengan tempo cepat namun tetap menjaga kaidah tajwid. Dalam hadr, kecepatan membaca tidak boleh mengorbankan kesempurnaan pengucapan huruf dan hukum-hukum tajwid seperti mad (panjang) dan gunnah (dengung).
Kegunaan:
Hadr digunakan saat mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an atau dalam kondisi di mana waktu sangat terbatas, seperti dalam perlombaan hafalan. Namun, qari harus berhati-hati agar kecepatan tidak mengurangi kejelasan bacaan.
Keunggulan:
Efisien untuk mengulang hafalan dalam waktu singkat tanpa mengabaikan tajwid.
- Tadwir: Tempo Sedang
Tadwir adalah membaca Al-Qur’an dengan tempo sedang, yang merupakan kompromi antara tahqiq dan hadr. Tadwir menjaga keseimbangan antara kecepatan dan kejelasan bacaan, sehingga tetap memenuhi kaidah tajwid dan memberi ruang untuk refleksi dan penghayatan.
Kegunaan:
Tadwir sering digunakan dalam shalat jahr (shalat yang dibaca dengan suara keras), seperti shalat Maghrib, Isya, dan Subuh. Tempo ini juga cocok untuk pembacaan sehari-hari di luar shalat, yang membutuhkan keseimbangan antara kelancaran dan pemahaman.
Keunggulan:
Memberikan kesempatan kepada qari untuk menikmati bacaan dengan kecepatan yang nyaman sambil tetap memperhatikan makna ayat.
Pentingnya Tartil dalam Semua Tempo
Meskipun tempo bacaan Al-Qur’an dapat bervariasi, prinsip tartil tetap menjadi pedoman utama. Tartil memastikan bahwa setiap bacaan dilakukan dengan benar, memenuhi kaidah tajwid, dan diucapkan dengan suara yang indah. Tartil tidak hanya melibatkan aspek teknis, tetapi juga spiritual, karena membaca Al-Qur’an dengan tartil membantu memperdalam hubungan seorang Muslim dengan Kitab Sucinya.
Referensi Tambahan:
- Ibnul Jazari, Thayyibatun Nasyr.
- Al-Sakhawi, Qashidah Nuniyyah.
- Ustadz Abdur Rohman Fadholi, Syarah Qashidah Nuniyyah al-Sakhawi, Hal. 111-113.
Melalui pembacaan tartil dalam berbagai tempo ini, seorang Muslim tidak hanya memperindah bacaan Al-Qur’an, tetapi juga mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah, serta memperdalam pemahaman dan penghayatan terhadap firman-Nya.
Pantun Penutup:
Jika ingin memetik melati,
Melati harum di pagi hari.
Baca Al-Qur’an dengan tartil hati,
Pahala besar menanti di akhir nanti.