MUNGKIN tak banyak kita melihat perempuan berusia di atas 60 tahun yang tetap aktif berkegiatan. Mereka yang masih bersemangat dan tetap sehat seperti beberapa ibu Aisyiyah biasanya sudah terbiasa beraktivitas dari Nasyiatul Aisyiyah. Dengan aktivitas tersebut mereka mengolah raga serta pikiran dalam rangka dakwah.
Beberapa tahun lalu, dalam perjalanan untuk menyaksikan Golden Sunrise di Dieng, Wonosobo melalui gerbang Bukit Sikunir, serombongan lansia pria dan wanita dengan langkah mantap mendaki jalan menuju puncak. Reuni Alumni UI, begitu kalimat yang tertulis pada seragam, kaos, topi dan slayer yang mereka kenakan.
Butuh waktu 30-45 menit untuk sampai puncak. Tapi tak terlihat lelah di wajah mereka. Mereka menjejakkan kaki sedikit demi sedikit dengan gembira saja. Sementara kami yang usianya jauh lebih muda sudah ngos-ngosan, berhenti setiap 10 menit demi mengumpulkan tenaga dan menyatukan kembali napas yang tersengal.
Baca juga: Layanan Berbasis Komunitas Berdampak Signifikan terhadap Kesehatan Lansia
”Ingin tetap sehat? Intinya tetap bergerak walaupun hanya bisa sambil duduk, termasuk jika kita hanya bisa berbaring pada kondisi tertentu. Tetap kita harus melakukan gerakan-gerakan olahraga sederhana yang terukur,” kata dr Ilham S Wibowo dalam Kajian Kesehatan, Minggu (26/1/2025) pagi.
”Gerakan-gerakan yang terukur secara rutin setiap hari itu berfungsi melancarkan peredaran darah, menguatkan fungsi otot, dan menyehatkan tulang. Semakin kurang bergerak di masa lansia, semakin tulang menjadi keropos,” jelas dia dalam kajian bertema Mencegah Radang Sendi di Usia Lanjut tersebut.
Pada wanita, osteoartritis adalah jenis radang sendi yang lebih sering menyerang dibandingkan pria. Gangguan ini menyebabkan sendi terasa sakit, kaku, dan bengkak. Bagian sendi yang sering terkena osteoartritis adalah tangan, lutut, punggung, dan tulang punggung. Namun, bukan berarti sendi-sendi tubuh lain tidak berisiko terkena peradangan.
Baca juga: Menjadi Lansia yang Tetap Berguna
Kasus osteoartritis umumnya terjadi pada wanita yang sudah menopause. Hal ini disebabkan hormon estrogen dan progesteron yang semula seimbang menjadi berkurang. Akibatnya terjadinya gangguan pada sel-sel persendian, di antaranya pengeroposan tulang dan kendurnya ligamen.
Osteoartritis memiliki empat tahap gejala. Pertama, pengidap mengalami nyeri sendi saat bergerak. Sendi terasa ngilu ketika diam dan bertambah nyeri saat digerakkan kembali. Selanjutnya, terdengar suara gemeretak saat pengidap menghentakkan sendi yang sakit. Terakhir, pergerakan sendi menjadi terbatas akibat munculnya rasa sakit.
Osteoarthritis adalah bentuk arthritis yang paling umum. Ini terjadi ketika tulang rawan pelindung di antara sendi mengalami kerusakan. Hal ini dapat menyebabkan rasa nyeri, pembengkakan, dan keterbatasan gerakan pada sendi tertentu. Osteoarthritis umumnya terjadi seiring bertambahnya usia. Meski begitu faktor gaya hidup juga memainkan peran.
Baca juga: Mengenal Interval Walking Training, Nordic Walking, dan Jalan 10.000 Langkah
Mencegah Osteoarthritis
Studi yang diterbitkan dalam Arthritis Care & Research menyoroti peran positif gaya hidup aktif dalam mencegah osteoarthritis. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil :
Pertama, berolahraga secara teratur sesuai dengan kondisi tubuh. Latihan kekuatan, fleksibilitas, dan aerobik dapat membantu menjaga kesehatan sendi.
Kedua, mempertahankan berat badan sehat yang ideal untuk mengurangi beban pada sendi, khususnya pada lutut dan panggul. Ketiga, mengonsumsi nutrisi yang mendukung kesehatan sendi seperti makanan kaya vitamin D, kalsium, dan omega-3.
Keempat. istirahat yang cukup untuk pemulihan sendi setelah aktivitas fisik. Kelima, menghindari posisi yang memberikan tekanan berlebihan pada sendi untuk membantu mencegah kerusakan. (*)