JAKARTAMU.COM | Ramadan, bulan paling suci dalam kalender Islam, dirayakan dengan penuh pengabdian dan keberagaman budaya di berbagai negara Muslim.
Walaupun berpuasa sejak fajar hingga senja merupakan praktik utamanya, setiap negara menambahkan tradisi uniknya, yang mencerminkan kekayaan sejarah, budaya, dan ritualnya.
Bangladesh: Pasar Buka Puasa yang Semarak

Di Bangladesh, bazar buka puasa ramai dengan orang-orang berkumpul untuk membeli dan berbagi hidangan tradisional Ramadan. Kios-kios menawarkan hidangan favorit seperti begani (terong goreng), piyaju (gorengan miju), jlapi (jalebi), samosa, fuchka , dan kebab, yang menciptakan suasana yang semarak dan meriah.
Brunei: Berbuka puasa dengan Penghormatan Meriam
Di Brunei, negara kecil kaya minyak di pulau Kalimantan, puasa harian, yang secara lokal dikenal sebagai sungkai, diakhiri saat matahari terbenam, sering kali ditandai dengan tembakan meriam di ibu kota, Bandar Seri Begawan.

Masjid-masjid menyelenggarakan prasmanan buka puasa bersama yang terbuka untuk semua orang, yang menumbuhkan semangat persatuan dan pengabdian. Sementara itu, pasar-pasar Ramadan yang semarak memamerkan berbagai macam makanan tradisional, yang menawarkan penduduk setempat dan pengunjung cita rasa makanan dan cita rasa Brunei yang kaya.
Burkina Faso: Semangat yang Meningkat
Ramadan mempertemukan masyarakat di negara yang terkurung daratan di Afrika Barat untuk salat berjamaah dan berbuka puasa. Ini adalah waktu yang ditandai dengan meningkatnya semangat keagamaan dan kerukunan antarumat beragama.

Negara ini telah dirusak oleh pemberontakan, kudeta dan kerusuhan, lebih dari 4 juta orang di negara ini menghadapi kelaparan.
Chad: Pernikahan Sya’ban dan Pesta Komunal
Di Chad, sebuah republik gurun yang merdeka di Afrika utara-tengah, buka puasa dimulai dengan kurma dan abry , minuman tradisional berbahan dasar jagung berbumbu, diikuti dengan hidangan seperti madeeda dan aseeda , yang sering kali berisi daging kering rumahan.
Pertemuan komunal menjadi hal yang utama, dengan pria dan wanita makan secara terpisah sementara keluarga menyambut tamu dengan hangat, yang mempererat ikatan sosial.

Para wanita mempersiapkan diri berminggu-minggu sebelumnya, menimbun kebutuhan pokok dan menyelenggarakan pesta amal bagi mereka yang membutuhkan. Tradisi pra-Ramadhan yang khas melibatkan pernikahan massal, yang diyakini membawa berkah dan dukungan sepanjang bulan suci.
Komoro: Menabuh Genderang, Bernyanyi, dan Berpuasa
Selama bulan Ramadan di Komoro — negara kepulauan di Afrika Tenggara — acara buka puasa menyajikan teh, sup, daging panggang, kentang goreng, dan sambousa (kue kering mirip samosa), tanpa nasi. Keluarga berkumpul untuk berbagi makanan, sementara jamuan makan besar di luar masjid diadakan untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Pemerintah memberlakukan peraturan Ramadan yang ketat, termasuk aturan berpakaian yang sopan dan larangan berjudi. Para relawan membangunkan orang lain untuk sahur dengan tabuhan drum, sementara anashides (nyanyian suci) yang disiarkan di radio dan TV memperkaya suasana spiritual, yang mencerminkan kegembiraan Ramadan dan kesedihan karena kepergiannya. (*)