Jumat, Januari 24, 2025
No menu items!

Transformasi Masjid: Mengembalikan Peran Sosial Kemanusiaan

Must Read

MASJID pada masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin sebagaimana diketahui memiliki fungsi yang sangat luas. Meskipun dibangun sebagai tempat bersujud, Masjid Nabawi misalnya, juga menjadi pusat diskusi.

Di sana, umat Islam yang masih belia sebagai komunitas di Madinah, melaksanakan salat sekaligus membicarakan berbagai hal, mulai dari agama, sosial kemasyarakatan, hingga politik.

Fungsi masjid mulai menyempit pada masa dinasti-dinasti Islam, karena sebagian perannya diambil alih oleh kerajaan. Di era modern, ketika sekularisme mendominasi, peran masjid semakin terbatas. Praktis, masjid hanya difungsikan sebagai tempat ibadah.

Belakangan, muncul kesadaran untuk mentransformasi masjid atau lebih tepatnya mengembalikan fungsi masjid seperti dulu, terutama dalam aspek sosial kemasyarakatan. Masjid perlu memperluas perannya, tidak hanya sebagai tempat bersujud, tetapi juga sebagai pusat pemberdayaan umat.

Masjid harus mampu memfasilitasi masyarakat untuk membangun hubungan dengan Allah (hablum minallah) sekaligus dengan sesama manusia (hablum minannas). Hal ini penting agar kekhawatiran H.M. Muhammad Jazir, takmir Masjid Jogokariyan, tidak menjadi kenyataan.

Ia pernah mengingatkan bahwa masjid yang megah namun abai terhadap umat di sekitarnya tak ubahnya “candi-candi Islam” di masa kini. Bangunan megah itu berdiri di tengah kondisi masyarakat yang hidup dalam kesulitan dan ketimpangan. Masyarakat yang kesulitan itu berbondong-bondong masuk Islam ketika para juru dakwah datang.

Baca juga: Kenapa Masjid Muhammadiyah Bisa Dikendalikan Paham Lain?

Dalam konteks inilah, gagasan mengenai masjid tanggap bencana menjadi sangat relevan. Tidak hanya sebagai bahan diskusi, ide ini harus diwujudkan dalam gerakan kesadaran. Masjid perlu mempersiapkan berbagai aspek, mulai dari sumber daya manusia hingga pendanaan, agar dapat berperan aktif saat terjadi bencana.

Dahulu, tradisi pengumpulan dana di masjid dilakukan setiap Jumat. Sebelum khatib memberikan khutbah, kotak amal diedarkan dari satu jemaah ke jemaah lain, dari satu saf ke saf berikutnya. Dana yang terkumpul digunakan sebagai infaq untuk amal jariyah.

Seiring waktu, pengelolaan dana dari kotak amal terus berkembang. Jika dahulu hanya ada satu jenis kotak amal, kini telah dibuat klasifikasi sesuai peruntukannya. Jemaah dapat dengan bebas dan ikhlas menyalurkan infaq mereka sesuai niatnya.

Baca juga: Mengoptimalkan Peran Mubalig di Lokasi Bencana

Kotak Bantuan Kemanusiaan

Berangkat dari kesadaran tentang masjid tanggap bencana, ada baiknya ditambahkan satu kotak amal khusus untuk bantuan kemanusiaan. Setiap tahun, selalu ada daerah yang terkena musibah, seperti banjir, kebakaran, atau bencana lainnya. Bahkan di DKI Jakarta yang merupakan ibu kota, kebakaran sering terjadi, terutama di permukiman padat penduduk.

Masjid modern di ibu kota tidak boleh kehabisan akal dalam menggalang dana untuk daerah yang terkena bencana. Kotak amal khusus bantuan kemanusiaan dapat menjadi salah satu solusinya. Berapa pun jumlah yang terkumpul, hasilnya bisa langsung disalurkan untuk membantu saudara-saudara kita yang terdampak musibah.

Kotak Amal Jumbo

Ada juga usulan untuk menyediakan kotak amal berukuran jumbo, seperti yang digunakan di Klenteng Sam Poo Kong di Semarang. Kotak amal besar ini diletakkan di lokasi strategis, misalnya di pintu utama ruang salat, depan ruang wudu, dan gerbang keluar masjid.

Penggunaan kotak amal jumbo ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran jemaah untuk menyumbang lebih banyak. Dibandingkan dengan kotak amal kecil yang biasanya beredar setiap Jumat, kotak jumbo memungkinkan jemaah memberikan kontribusi lebih besar. Menurut pengalaman, dana yang terkumpul dari kotak amal jumbo biasanya bukan sekadar recehan, melainkan nominal yang lebih signifikan.

Lewat berbagai inovasi semacam ini masjid dapat kembali menjadi pusat pemberdayaan umat. Tidak hanya dalam aspek spiritual, tetapi juga sosial dan kemanusiaan. Masjid yang berperan aktif membantu masyarakat akan menjadi cerminan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. (*)

Makna Mendalam Sayyidul Istighfar: Jalan Tobat yang Agung

JAKARTAMU.COM | Sayyidul Istighfar adalah doa yang mengandung makna mendalam tentang tauhid, penghambaan, dan pengakuan dosa. Dalam doa ini,...

More Articles Like This