Senin, Februari 24, 2025
No menu items!

Tren Penurunan Populasi Jepang Merembet ke Korsel, 49 Sekolah Ditutup

Must Read

JAKARTAMU.COM | Pemerintah Korea Selatan bakal menutup 49 sekolah dasar tahun ini. Harian Korea Herald pada Minggu (23/2/2025) melaporkan sekolah yang ditutup tersebut tersebar di 17 kota dan provinsi akibat kurangnya populasi usia sekolah. Dari 49 sekolah tersebut, 38 di antaranya adalah sekolah dasar. Delapan lainnya sekolah menengah pertama dan sisanya sekolah menengah atas.

Menurut data pemerintah Korea, jumlah sekolah yang ditutup karena kekurangan siswa telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dari 22 pada 2023 menjadi 33 pada 2024. Sebanyak 88 persen sekolah yang dijadwalkan ditutup pada akhir tahun ini berada di daerah pedesaan, menurut data dari Kementerian Pendidikan setempat.

Di ibu kota Seoul tidak ada sekolah yang terancam tutup. Namun Provinsi Gyeonggi, yang merupakan provinsi terpadat di sekitar Seoul, memiliki enam sekolah yang bakal ditutup. Provinsi Jeolla Selatan, wilayah paling selatan, melaporkan jumlah sekolah tertinggi yang terancam ditutup, yaitu 10 sekolah, diikuti Provinsi Chungcheong Selatan dengan sembilan sekolah, Provinsi Jeolla Utara dengan delapan sekolah, dan Provinsi Gangwon dengan tujuh sekolah.

Angka kelahiran di Korea Selatan terus terpangkas sejak 1970. Kini, gara-gara YOLO, semakin sedikit anak muda di negara itu mau punya anak. Pada Juni 2024, Korea Selatan mencatatkan angka kelahiran terendag sepanjang sejarah negara itu. Hanya ada 18.242 kelahiran.

Rendahnya angka kelahiran itu karena jutaan wanita Korea Selatan secara sadar mengambil keputusan untuk tidak memiliki anak. Hal ini mengakibatkan tingkat kesuburan negara tersebut turun ke rekor terendah. Tingkat kesuburan, yang dihitung dari jumlah rata-rata kelahiran per perempuan, menyusut menjadi 0,72 pada 2024, turun dari 0,78 pada tahun sebelumnya. Angka ini mempertegas penurunan tahunan bertahap sejak 2015.

Padahal pemerintah Korea Selatan menargetkan kelahiran 2,1 anak per perempuan untuk mempertahankan jumlah populasi. Dengan situasi ini, total populasi Korea Selatan diperkirakan hanya tinggal 26 juta orang pada tahun 2100 atau separuh dari total populasi saat ini.

Fenomena yang sama lebih dulu terjadi di Jepang sebagai imbas industralisasi. Jepang telah merasakan penurunan populasi yang drastis dalam dua dasawarsa terakhir. Sejak 2019 misalnya, populasi di Jepang mengalami penurunan setiap tahunnya akibat rendahnya angka kelahiran dan pernikahan. Sementara di kurun waktu yang sama jumlah kematian yang mencapai rekor tertinggi.

Mengapa orang Jepang dan Korea Selatan enggan punya anak? Alasan para warga dua negara ini pun relatif sama. Faktor ekonomi, budaya, dan sosial yang mereka sampaikan setali tiga uang. Biaya hidup yang semakin meningkat, biaya tempat tinggal dan pendidikan yang mahal menjadi alasan paling menonjol.

Secara khusus perempuan Korea Selatan lebih punya alasan untuk enggan punya anak karena budaya patriarki yang masih teramat kuat dibandingkan Jepang. Masyarakat Korea Selatan mayoritas menganggap merawat dan mengurus anak hanya tugas perempuan. Itu sebabnya perempuan Korea Selatan kesulitan menemukan pasangan yang mau berbagi tugas mengasuh anak.

Pengajian Selapanan Komunitas dan Program Hapus Tato Gratis Digelar di Semarang

SEMARANG, JAKARTAMU.COM | Sebuah acara pengajian komunitas yang bertajuk "Selapanan Pengajian Komunitas" akan digelar pada Kamis, 27 Februari 2025,...

More Articles Like This