Senin, April 21, 2025
No menu items!

UM Bandung Ajak Mahasiswa Jadi “Khalifah Digital”

Must Read

BANDUNG, JAKARTAMU.COM | Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung semakin serius membekali mahasiswanya menghadapi revolusi teknologi. Melalui Fakultas Sains dan Teknologi (FST), UM Bandung menggelar Kuliah Umum Internasional bertema “Digital Transformation in International Organizations” dan “Simulation Theory: Decoding the Author’s Algorithmic Garden”, Senin (21/4/2025).

Berlokasi di Auditorium KH Ahmad Dahlan, lantai tiga kampus UM Bandung, acara ini menyatukan dua topik besar, yakni perkembangan teknologi global dan teori simulasi yang kian relevan dalam diskursus pemikiran kontemporer.

Dekan FST UM Bandung, Arief Yunan, menyebut kuliah umum ini sebagai momen bersejarah. Untuk kali pertama, FST menggelar kuliah umum internasional. Ini didasari pemahaman bahwa perubahan dalam lanskap digital terjadi begitu cepat dan mempengaruhi seluruh lini kehidupan, dari pendidikan hingga industri. “Mahasiswa harus mampu memahami dan menjawab tantangan zaman,” ujarnya.

Transformasi digital, menurut Arief, bukan sekadar tren, melainkan keniscayaan. Karena itu, ia berharap forum ini menjadi ruang reflektif sekaligus inspiratif untuk mahasiswa, agar tak hanya menjadi pengguna pasif, tetapi juga aktor aktif dalam perubahan.

Hal yang sama ditegaskan Wakil Rektor I UM Bandung, Hendar Riyadi. Ia menyebut sivitas akademika UM Bandung harus melangkah lebih jauh dari sekadar konsumen teknologi. “Kita harus jadi produsen teknologi, bahkan pemimpin inovasi,” kata Hendar. Ia menyebut peran itu sebagai “khalifah digital”, istilah yang ia sematkan pada generasi akademik yang sadar akan perannya dalam era baru ini.

Hendar mendorong mahasiswa untuk tekun membaca buku-buku tentang kecerdasan buatan dan teknologi mutakhir lainnya. “Kampus seharusnya menjadi pusat kelahiran inovasi. Kalau tidak, universitas akan tertinggal,” katanya.

Puncak acara menghadirkan Saiful Ridwan, mantan Kepala United Nations Environment Programme (UNEP) Paris. Dalam paparannya, Ridwan menyoroti istilah transformasi digital yang menurutnya sering disalahpahami. Ia lebih menyukai frasa “transformasi bisnis dan proses”, yang ia nilai lebih menggambarkan substansi perubahan.

“Digitalisasi seharusnya mempercepat pekerjaan, bukan sekadar mengganti media,” ujar Ridwan. Ia memberi contoh efisiensi dalam birokrasi bisnis: proses yang dulunya memerlukan sepuluh tahapan kini hanya butuh lima. “Tapi jangan sampai digitalisasi dilakukan tanpa memahami dulu masalahnya.”

Di sesi akhir, Ridwan memotivasi mahasiswa agar mempertimbangkan karier di lembaga-lembaga internasional seperti PBB. Ia membandingkan dinamika birokrasi Indonesia yang berbelit dengan proses pengambilan keputusan multilateral di PBB yang kompleks, namun terstruktur. “Di sana, efisiensi adalah keharusan,” katanya.

Dahnil Anzar Sebut Paus Fransiskus Sosok Teladan Lintas Agama dan Pembela Kaum Lemah

JAKARTAMU.COM | Wakil Kepala Badan Penyelenggara Haji (BP Haji) Dahnil Anzar Simanjuntak menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya pemimpin...
spot_img

More Articles Like This