Senin, Maret 3, 2025
No menu items!

Ustadz Syaeful Ajak Jamaah Kikis Sifat Khianah untuk Tingkatkan Kesadaran Hamba Allah

Must Read

JAKARTAMU.COM — Pada kegiatan malam ke-3 Ramadhan 1446 H di Masjid At Taqwa, PCM Matraman, Kayumanis Jakarta Timur; Tausiyah tarawih yang disampaikan Al Ustadz Syaeful Qothon mengulas sisi berunsurkan khianah; Ia pun mengajak agar jamaah mengikis sifat-sifat khianat dan kemudian segera bersadar diri dengan kembali kepada tugas pokok sebagai manusia.

“Tugas utama kita selaku manusia, yaitu senantiasa menghamba dengan sebenar-benar penghambaan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, sebagaimana termaktub di dalam Surat Adz Dzariyat ayat 52,” ungkap Syaeful.

Ia menegaskan, keadaan saat ini di Indonesia mengalami beberapa kondisi darurat, antaranya, darurat moral atau agama, korupsi, narkoba, hingga darurat kedaulatan negara dan juga darurat anak durhaka kepada orang tua.

“Semuanya itu berekses pada kondisi kepemimpinan negara yang melahirkan generasi kering dari aspek spritual. Karena keringnya spiritual, maka yang muncul ke permukaan saat ini darurat moral, darurat korupsi, darurat narkoba, darurat kedaulatan dan darurat anak durhaka. Ini semua, sudah semestinya berupaya agar sama-sama dapat kita akhiri,” pinta dan harap Syaeful.

Ia mengemukan, untuk menanggulangi darurat-darurat tersebut hendaknya setiap anak manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan adalah hanya untuk menyembah kepada Allah Yang Mahapencipta:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ۝٥٦

Arinya: “Tidaklah Aku (Allah) menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat ayat 52)

Ustadz Syaeful mengemukakan, bahwa akibat melenceng dari menyembah Allah maka yang terjadi pada saat ini antaranya; Arah sesembahan berbeda dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Ada juga di antara kita, saat sekarang yang menghamba kepada politik kekuasaan, kekayaan harta benda dan lain sebagainya; Sehingga, mareka tidak lagi mengindahkan tata-cara menghambakan diri hanya kepada Allah Swt semata.

“Untuk menjadi hamba Allah yang benar caranya dalam menyembah Allah, tentu berdasarkan iman yang lebih diperkuat dengan taqwa kepada-Nya,” jelas Syaeful.

Lebih lanjut ia menyetir bahwa Rasulullah telah memberikan arahan bagi muslim dan mukmin antara lain: Melalui hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang artinya, “Islam dibangun atas lima pekara. (1) Persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasul Allah, (2) mendirikan shalat, (3) mengeluarkan zakat, (4) melaksanakan ibadah haji, dan (5) berpuasa Ramadhan”.

Lain itu Ustadz Syaeful menegaskan bahwa bangun mental dari mereka yang hanya menyembah kepada Allah berdasarkan iman dan lebih diperkuat dengan taqwa, dapat dicirikan pada sikap: Arraja’ (penuh harap), Alhubb (penuh cinta), dan Alkhauf (penuh rasa takut).

“Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datanng…,” sebut dia menerjemahkan QS Al Ankabut ayat 5 yang berkaitan dengan raja’ atau penuh pengharapan.

Sedangkan Alhub, adalah kemunculan rasa cinta kep hadira Allah. “Dengan rasa cinta tersebut, sebagai hamba Allah hndaknya menggerakkan seluruh tubuh atau kemampuannya untuk meluruskan pengabdian hanya kepada Allah semata. Ini juga ada kesesuaian dalam Alqur-an Surat Albaqarah ayat 165,” kata Syaeful.

Ia kemudian mengemukanan makna dalam Bahasa Indonesia: Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Ada pun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

Selain penuh harapan dan penuh rasa cinta kepada Allag, satu hal yang dicirikan orang-orang yang beriman sekligs amat sangat cintanya kepada Allah; Yaitu meninggikan sikap Al Khauf yang berarti rasa takut.

“Hanya saja, takut dalam hal ini, bukanlah takut kemudian menghindari, karena memang Allah tidak untuk dihindari melainkan didekati. Jadi, takutnya takut berjauhan dengan Allah. Oleh karenanya, berharap hanya kepada Allah, penuh cinta hanya kepada Allah, dan dilengkapi dengan takut berjauhan dari Allah Ta’ala,” sebutnya.

Maka sebut Ustadz Syaeful jika dikaitkan dengan Ramadhan terdapat bahwa inti ibadah puasa adalah untuk meraih derajat ketaqwaan sang hamba kepada Allah semata. “Oleh karenanya pula, puasa itu harus berbekas pada perubahan mentalitas ke arah yang lebih baik,” pugkasnya. (**)

Mendikti Brian Minta Dosen Perkuat Riset untuk Keluar dari Middle Income Trap

JAKARTAMU.COM | Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menekankan pentingnya riset dan inovasi kepada para dosen....

More Articles Like This