JAKARTAMU.COM | Wasathiyah sejatinya mengantarkan manusia kepada kehidupan yang sukses dan bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Pernyataan ini disampaikan Dr. Adi Hidayat, Lc., M.A. atau yang akrab dipanggil Ustaz Adi Hidayat (UAH) dalam Pengkajian Ramadan PP Muhammadiyah 1446 Hijriyah di Auditorium KH Ahmad Azhar Basyir Gedung Cendekia, Jumat (7/3/25).
Menurut UAH, hanya ada satu ayat dalam Al-Qur’an tentang Wasathiyah, yaitu Q.S Al-Baqarah ayat 143. ”Al-Baqarah 286 ayat, 286 bagi dua menjadi 143, maka ayat ini berada pas di tengah. Jadi Allah mengajarkan Wasathiyah itu langsung memprakiekkan, memberikan petunjuk kepada Jibril yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk membacakan surah ini,” ujarnya.
Asbabun nuzul ayat ini dalam Tafsir Al-Baghawi disebutkan tentang kisah orang Yahudi yang menetapkan standar terbaik berdasarkan suatu tempat atau seseorang. Ayat ini sebaliknya ingin mengubah pandangan itu. Allah ingin membawa manusia untuk mendapatkan pedoman menjadi sosok yang hebat dan unggul.
Baca juga: Ustaz Adi Hidayat Beberkan Mengapa Ulama Islam Dulu Lebih Unggul Ketimbang Sekarang
”Kalau ingin mengambil standar yang terbaik tidak mengacu pada tempat dan orang, tetapi pada karakteristik atau sifat-sifat yang membentuknya,” tutur UAH.
Wakil Ketua Majelis Tabligh dan Tajdid PP Muhammadiyah itu menjelaskan, sumber Wasathiyah adalah Al-Qur’an. Untuk memahami Al-Qur’an, tak cukup hanya memposisikannya sebagai bacaan. Sebab Allah mendesain Al Qur’an memang untuk menjadi pedoman kehidupan manusia. Dari Al-Fatihah hingga surat An-Naas merupakan kurikulum kehidupan untuk menjadi manusia unggul.
“Al-Quran turun di bulan yang istimewa karena memang membawa pesan yang istimewa pula. Pesan yang ada dalam Al-Quran itu berkemajuan dan indah mencerahkan. Sehingga jika mempraktekkannya dalam hidup, maka jadilah sosok teladan yang sukses di kehidupan dunia dan akhirat ,” kata UAH.
Al-Quran, lanjut UAH, merupakan kurikulum hidup. Urutannya pun indah untuk memahami isinya. Membaca adalah gerbang untuk memahami Al-Quran agar mudah mempraktikan ajarannya dalam kehidupan. Setelah membaca ada tilawah, tafakur, tadabbur, tanabbur, lalu ada implementasi di ujungnya yaitu tadzakur (mengingat Allah).
“Kalau kita urutkan semuanya, belajar baca dulu walaupun belum paham artinya supaya mengerti cara membacanya,” tutur UAH.