“Posisi utang luar negeri pemerintah tetap terkendali mengingat hampir seluruh utang luar negeri memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah,” kata Denny.
Utang Swasta Turun
Sementara itu BI mencatat utang luar negeri swasta menurun. Pada kuartal III 2024, posisi utang luar negeri swasta tercatat sebesar USD196,0 miliar, atau tumbuh sebesar 0,6 persen (yoy), setelah tumbuh rendah sebesar 0,02 persen (yoy) pada kuartal II 2024.
Denny menjelaskan, pendorong utama utang luar negeri adalah naiknya utang lembaga keuangan sebesar 3,2 persen (yoy).
Berdasarkan sektor ekonomi, posisi utang luar negeri swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas, serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 79,3 persen dari total ULN swasta.
Baca juga: Tarif PPN Naik, Bansos Tunai Disebut Bantu Masyarakat Miskin
“Utang luar negeri swasta juga tetap didominasi oleh utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,3 persen terhadap total ULN swasta,” katanya.
Secara keseluruhan, BI menyebut struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal ini tecermin dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjaga sebesar 31,1 persen, serta didominasi oleh utang luar negeri jangka panjang dengan pangsa mencapai 84,2 persen dari total utang luar negeri.
Dalam rangka menjaga agar struktur utang luar negeri tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan utang luar negeri. Peran utang luar negeri juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
“Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” kata Denny.