HARI ini, 4 Desember 2024, digelar Tanwir Muhammadiyah di Kota Kupang. Ribuan warga Muhammadiyah dari berbagai penjuru Nusantara meramaikan hajatan tersebut.
Mengapa ribuan? Kendati diperkirakan peserta hanya 350 – 400 orang, akan tetapi ini tetap saja event besar. Banyak penggembira dari tiap utusan yang mendampingi peserta, panitia lokal, pemantau, wartawan dan lain-lain, ditambah Presiden Prabowo Subianto dan para pembantunya.
Selain Tanwir, Muhammadiyah juga merayakan hari kelahirannya atau Milad ke-112. Satu usia yang tak muda lagi. Tak banyak organisasi yang bertahan dan kian membesar di usia yang melampaui satu abad.
Membicarakan Muhammadiyah kita tak lepas dari pendirinya, yakni Muhammad Darwis.
Baca juga: Kristen Muhammadiyah Sudah Terjadi sejak KH Ahmad Dahlan
Dalam biografi kiai, ulama, Habib, dan orang saleh lainnya, biasanya dibumbui dengan kisah keramat figur tersebut. Mereka dikenang dan diabadikan dengan kisah-kisah yang dituturkan secara turun temurun karena kekeramatannya. Mereka ada yang diberi gelar ‘Wali Allah” atau ‘Waliyullah’
Soal kisah kekeramatan orang saleh itu dituturkan berdasarkan klaim kesaksian santri atau murid-muridnya yang mengaku menyaksikan langsung karamah atau keluarbiasaan kiainya.
Karamah adalah suatu anugerah, bukan ilmu yang bisa dipelajari. Karamah pada kiai atau wali, mirip mukjizat pada Nabi atau ma’unah pada orang biasa. Semua itu sebagai hujjah untuk menunjukkan kebesaran Allah.
Menurut pengakuan santri santrinya, kiai yang ini punya ilmu harta. Katanya, sang kiai bisa langsung mengambil uang dari bawah bantal. Lalu ada pengakuan dari santri yang lain atau dari masyarakat di sekitarnya, tokoh itu kalau salat Jumat bisa langsung di Makkah.
Kemudian ada tokoh ulama yang lain diklaim punya ilmu melipat bumi. Menurut kesaksian muridnya, sang kiai tidak pernah kena macet atau halangan di jalan ketika ada hajat bersafar dan sebagainya.
Baca juga: Perjuangan KH Ahmad Dahlan di Bidang Pendidikan: Dituduh Muktazilah Dianggap Murtad
Kisah-kisah seperti itu tidak ada dalam literatur tentang tokoh KH Muhammad Darwis. Tidak ada catatan dari masyarakat di sekitarnya maupun para santri-santrinya tentang kekeramatan atau kesaktian beliau.
Dalam sebuah catatan pernah suatu waktu KH Muhammad Darwis tidak punya uang cukup untuk menggaji para guru di bawah binaannya. Beliau menjual harta bendanya yang ada di rumahnya.
Ketika langgar kidul, musala kecil Kampung Kauman yang dibangun olehnya dibakar massa, untuk membangun kembali langgar itu, Bu Nyai Siti Walidah, istri Kiai Muhammad Darwis menyerahkan perhiasan emas dan cincin kawinnya untuk dijual.
Hal yang kami lihat kekeramatan KH Muhammad Darwis saat ini adalah peninggalan-peninggalan amal baiknya saja, yaitu sekarang berdiri ribuan sekolah.
Sekarang berdiri ratusan rumah sakit, perguruan tinggi. Jumlahnya nyaris menyamai yang dibangun pemerintah. Belum lagi ribuan masjid, musala dan panti-panti asuhan yang berada di seluruh wilayah Indonesia.
Kiai Muhammad Darwis… Sekarang masyarakat mengenalnya dengan nama KH Ahmad Dahlan. Beliaulah Wali Allah sejatinya.
Baca juga: Tujuan Pendidikan Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan: Jadilah Kiai yang Maju