Selasa, Maret 18, 2025
No menu items!
spot_img

War of Thrones, Pandawa vs Kurawa (14): Hastinapura yang Baru!

spot_img
Must Read

Cerbung: Sugiyati

Fajar menyingsing di atas Hastinapura.

Medan perang yang semalam dipenuhi oleh denting senjata kini senyap. Debu beterbangan di antara tubuh-tubuh yang telah memudar, menghilang bersama arwah para kesatria yang akhirnya menemukan takdir mereka.

Pandawa berdiri di atas tanah yang berlumur darah sejarah. Yudhistira, Arjuna, Bima, Nakula, dan Sadewa—mereka bukan lagi ksatria perang, melainkan saksi terakhir dari babak akhir Bharatayuda.

Di kejauhan, Parikesit dan Vrishaketu menatap para leluhur mereka dengan penuh hormat.

“Apakah ini benar-benar akhir?” bisik Vrishaketu.

Parikesit mengangguk pelan. “Tidak ada lagi Kurawa. Tidak ada lagi perang. Hastinapura kini sepenuhnya menjadi milik kita.”

Namun, jauh di lubuk hati mereka, mereka tahu bahwa akhir perang bukanlah akhir dari segalanya. Sebuah babak baru akan segera dimulai.

Kembalinya Pandawa ke Kayangan

Yudhistira memandang sekeliling. Wajahnya penuh ketenangan, tetapi ada kesedihan di matanya.

“Kami sudah menyelesaikan tugas kami di dunia ini,” katanya. “Sudah waktunya kami kembali ke asal kami.”

Arjuna menatap Parikesit dan Vrishaketu. “Hastinapura sekarang di tangan kalian. Jadilah raja yang bijaksana, yang tidak mengulangi kesalahan kami.”

Bima menepuk bahu Parikesit. “Jangan biarkan keadilan dibutakan oleh ambisi.”

Nakula dan Sadewa tersenyum. “Jangan lupakan sejarah yang telah kita lalui.”

Parikesit berlutut. “Tapi tanpa kalian, siapa yang akan membimbing kami?”

Yudhistira tersenyum. “Kami tidak pernah benar-benar pergi. Kami ada dalam setiap hukum yang kau tegakkan, dalam setiap keadilan yang kau bela, dan dalam setiap rakyat yang kau lindungi.”

Dengan kata-kata terakhir itu, tubuh Pandawa perlahan berubah menjadi cahaya keemasan, naik ke langit menuju Kayangan, tempat mereka akan beristirahat dalam keabadian.

Para prajurit dan rakyat Hastinapura menundukkan kepala.

Para kesatria terbesar dalam sejarah telah pergi.

Hastinapura di Bawah Parikesit

Hari itu, Parikesit resmi dinobatkan sebagai Raja Hastinapura.

Dalam pidatonya, ia berkata,

“Hari ini, kita tidak merayakan kemenangan. Kita merayakan kehidupan baru. Tidak akan ada lagi perang saudara. Tidak akan ada lagi darah yang tertumpah di tanah ini.”

Di antara rakyat yang berkumpul, Vrishaketu berdiri di sampingnya. Sebagai putra Karna, ia tahu bahwa ia memiliki beban sejarah yang berat di pundaknya.

Namun, ia berjanji pada dirinya sendiri.

Ia akan menjadi ksatria yang melindungi kedamaian, bukan menyalakan api perang.

Hari itu, Hastinapura memasuki era baru—bukan era kekuatan, bukan era peperangan, tetapi era kebijaksanaan.

Bayangan di Tengah Kedamaian

Namun, di tengah semua perayaan itu, seorang pria berjalan sendirian di hutan gelap.

Aswatthama.

Kutukan yang ia ciptakan telah berakhir, tetapi ia sendiri masih hidup. Abadi, terkutuk untuk berjalan tanpa tujuan hingga akhir zaman.

Ia menatap tangannya yang mulai berubah menjadi batu. Kutukan dari Dewa Krishna masih ada dalam dirinya.

Di kejauhan, ia melihat Hastinapura bersinar dalam kejayaan.

“Aswatthama…” suara samar berbisik di telinganya.

Ia menoleh. Bayangan dari masa lalu masih membuntutinya.

Dengan langkah berat, ia melanjutkan perjalanannya ke dalam kegelapan yang tak berujung.

Karena bagi Aswatthama…

Perang tidak akan pernah benar-benar berakhir.

(Bersambung ke seri ke-15: Kutukan Aswatthama!)

spot_img

Nostalgia Era Tape Recorder: Simbol Kemewahan, Status Sosial, dan Gaya Hidup di Masanya

JAKARTAMU.COM | Foto ini adalah potret nyata dari sebuah era ketika teknologi tidak hanya berfungsi sebagai alat, tetapi juga...

More Articles Like This