Rabu, Maret 19, 2025
No menu items!
spot_img

War of Thrones, Pandawa vs Kurawa (15): Kutukan Aswatthama!

spot_img
Must Read

Cerbung: Sugiyati

Hutan itu sunyi, tapi tidak mati.

Di bawah cahaya bulan yang pucat, Aswatthama melangkah perlahan di antara pepohonan raksasa. Tubuhnya tampak tak berubah sejak perang Bharatayuda berakhir berabad-abad lalu. Namun, matanya… matanya menyimpan sesuatu yang lebih tua dari waktu itu sendiri.

Di tangannya, permata hijau di dahinya masih bersinar suram. Permata itu bukan sekadar perhiasan—ia adalah simbol dari kutukan yang tidak bisa dicabut.

“Kau akan hidup selamanya, tapi kau tidak akan pernah merasakan kedamaian.”

Kata-kata Krishna masih menghantui benaknya. Ia sudah kehilangan hitungan berapa kali mencoba mengakhiri hidupnya. Pedang, racun, bahkan api suci… semuanya tidak berguna.

Ia abadi.

Dan itu adalah hukuman yang lebih buruk dari kematian.

Jejak Kutukan di Tanah Manusia

Dari hutan belantara, Aswatthama melangkah menuju peradaban yang berubah. Hastinapura kini telah berkembang pesat. Parikesit memimpin kerajaan dengan bijaksana, membawa perdamaian yang belum pernah ada sebelumnya.

Namun, di sudut-sudut gelap kota, bayangan perang masih ada.

Beberapa bangsawan diam-diam merencanakan pemberontakan, menganggap bahwa kerajaan terlalu lunak.

Di antara mereka, seorang brahmana tua berbisik, “Seorang kesatria sejati harus berkuasa. Kedamaian ini hanya tipuan.”

Dan dalam kegelapan, sepasang mata menyala… mendengarkan.

Aswatthama berdiri di ambang batas. Akankah ia tetap dalam bayang-bayang, atau kembali ke dunia manusia?

Kebangkitan Sang Kesatria Terlupakan

Di sudut kota, seorang pria mendengar desas-desus itu. Vrishaketu, putra Karna.

Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres. Para prajurit berbicara tentang sosok asing yang berjalan tanpa suara, seperti hantu yang mengintai di malam hari.

Saat ia menyelidiki, jejak itu membawanya ke reruntuhan kuil tua.

Dan di sana, ia melihatnya.

Aswatthama.

Pria yang seharusnya sudah menjadi legenda, kini berdiri di hadapannya… hidup, bernafas, dan tidak berubah sedikit pun.

“Kau seharusnya sudah mati,” kata Vrishaketu dengan waspada.

Aswatthama hanya menatapnya. “Dan kau seharusnya tidak ada.”

Dua pria dari era berbeda… kini berdiri di ambang sejarah baru.

Namun, sebelum Vrishaketu bisa bertanya lebih jauh, asap hitam menyelimuti kuil.

Suara teriakan terdengar dari luar.

Hastinapura dalam bahaya.

Dan kali ini, kutukan Aswatthama mungkin bukan hanya miliknya sendiri… tetapi juga milik dunia.

(Bersambung ke seri ke-16: Pertanda Perang Baru!)

spot_img

Hari ke-19: Keutamaan 10 Malam Terakhir Ramadan, saat Pintu Keberkahan Terbuka Lebar

JAKARTAMU.COM | Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, dan di dalamnya terdapat sepuluh malam terakhir yang lebih istimewa daripada...

More Articles Like This