Rabu, Maret 19, 2025
No menu items!
spot_img

War of Thrones, Pandawa vs Kurawa (16): Pertanda Perang Baru!

spot_img
Must Read

Cerbung: Sugiyati

Hastinapura terbakar.

Api menyala di beberapa sudut kota, membara di bawah langit malam yang suram. Panik, rakyat berlarian ke segala arah. Mereka tidak tahu dari mana datangnya serangan ini, tetapi satu hal pasti: kedamaian yang dijanjikan Parikesit kini terancam.

Di atas gerbang kota, bendera pemberontakan berkibar.

Di tengah kekacauan, Vrishaketu berlari menuju istana, namun langkahnya terhenti.

“Aswatthama,” desisnya.

Sosok abadi itu berdiri di antara bayang-bayang, menatap kehancuran ini dengan tatapan kosong.

“Apakah ini ulahmu?” Vrishaketu bertanya, tangan sudah menggenggam gagang pedang.

Aswatthama mendengus. “Jika aku ingin menghancurkan Hastinapura, kau tak akan sempat menanyakan itu.”

Lalu, dari dalam kegelapan, muncul sosok-sosok bertopeng dengan pakaian hitam.

Mereka bukan pasukan biasa. Mereka adalah sisa-sisa loyalis Kurawa.

Dan di antara mereka, berdiri seorang pemimpin baru.

Bayangan dari Masa Lalu

“Lihatlah kalian,” suara berat bergema di antara reruntuhan.

Seorang pria maju ke depan. Wajahnya keras, penuh bekas luka, dan matanya bersinar dengan kebencian.

“Aku adalah Kaliyan, putra Duryodana. Dan malam ini, aku datang untuk merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milik ayahku!”

Kata-katanya memecah keheningan, membawa gelombang kejut ke dalam hati Vrishaketu.

Putra Duryodana? Bagaimana mungkin?

Tak seorang pun mengetahui bahwa Duryodana meninggalkan keturunan sebelum Bharatayuda berakhir.

Namun, di hadapan mereka, bukti itu nyata.

“Ayahku dikhianati, dibantai dengan curang oleh Pandawa! Dan sekarang, kerajaan yang mereka bangun akan kurobek hingga hancur!”

Dengan isyarat tangannya, pasukannya menyerbu.

Pertempuran di Jantung Kota

Vrishaketu menghunus pedangnya.

Tanpa pikir panjang, ia menerjang maju, pedangnya menebas seorang prajurit pemberontak. Ia bertarung dengan ganas, mewarisi keganasan ayahnya, Karna.

Namun, jumlah musuh terlalu banyak.

Parikesit bergegas keluar dari istana bersama para prajurit kerajaan. “Vrishaketu!” teriaknya.

“Kita dalam bahaya besar, Parikesit!” jawab Vrishaketu, menangkis serangan seorang prajurit bertopeng.

Di antara pertempuran itu, Aswatthama berdiri tanpa bergerak.

Kutukan Krishna melarangnya untuk mati, tetapi tidak melarangnya untuk memilih.

“Apa yang kau tunggu?!” bentak Vrishaketu.

Aswatthama menatap langit. “Aku sudah cukup lelah melihat perang…”

Namun, tepat saat ia berbalik untuk pergi, Kaliyan menantangnya.

“Aswatthama! Jangan kira aku lupa siapa kau!”

Aswatthama mendesah. “Lalu?”

Kaliyan mencabut pedangnya, menodongkan ujungnya ke arah pria abadi itu. “Kau seorang Kshatriya, bukan? Atau kutukan itu telah membuatmu menjadi pengecut?”

Sunyi.

Lalu, untuk pertama kalinya dalam ratusan tahun…

Aswatthama tersenyum.

“Aku bukan pengecut.”

Dalam satu gerakan cepat, ia menarik belatinya dan bersiap bertarung.

Malam itu, api perang kembali menyala di Hastinapura.

Dan kali ini, tidak ada yang tahu bagaimana akhirnya.

(Bersambung seri ke-17: Aswatthama Bertarung Lagi!)

spot_img

Kisah Sufi Sang Guru Jalaludin Rumi: Isa dan Para Peragu

JAKARTAMU.COM | Dikisahkan oleh Sang Guru Jalaludin Rumi dan yang lainnya bahwa pada suatu hari, Isa, putra Maryam, berjalan-jalan...

More Articles Like This