Senin, Maret 24, 2025
No menu items!
spot_img

War of Thrones, Pandawa vs Kurawa (20): Warisan Bharatayuda!

spot_img
Must Read

Cerbung: Sugiyati

Hastinapura telah kembali tenang.

Namun, keheningan ini bukanlah keheningan yang biasa. Ini adalah keheningan setelah badai, setelah darah dan air mata tumpah begitu banyak.

Aswatthama, yang selama ribuan tahun dihantui oleh kutukan, kini berdiri di tengah reruntuhan kota. Tubuhnya yang dulu abadi kini terasa rapuh, terasa fana.

Ia menatap tangannya sendiri. Kerutan mulai tampak di kulitnya. Ia bisa merasakan napasnya berat.

“Jadi begini rasanya… menjadi manusia,” gumamnya.

Di kejauhan, Vyasa, Vrishaketu, dan Parikesit mendekatinya.

“Aswatthama,” suara Vyasa terdengar lembut, tapi tegas.

Aswatthama menoleh, tatapannya kosong. “Apa yang kau inginkan dariku sekarang?”

Vyasa menatapnya dalam-dalam. “Aku ingin tahu, apa yang akan kau lakukan sekarang?”

Pertanyaan itu menggantung di udara.

Setelah ribuan tahun dipaksa hidup tanpa tujuan… apakah ia masih punya alasan untuk terus berjalan?

Aswatthama menunduk.

“Lari dari dunia… atau menghadapi kenyataan?” gumamnya.

Vrishaketu mendekat. “Kau punya pilihan.”

Parikesit menambahkan, “Kau bisa memperbaiki kesalahanmu. Atau terus tenggelam dalam masa lalu.”

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Aswatthama tak punya jawaban.

Hastinapura yang Baru

Beberapa hari setelah pertempuran terakhir, Hastinapura mulai bangkit dari puing-puing.

Namun, yang berdiri di singgasana kali ini bukanlah keturunan Pandawa maupun Kurawa.

Parikesit, cucu Arjuna, telah dinobatkan sebagai raja baru Hastinapura.

Ia bukan seorang pejuang seperti leluhurnya. Ia adalah penguasa yang ingin menghentikan siklus perang yang terus berulang.

“Dulu, Bharatayuda menghabiskan begitu banyak nyawa,” katanya dalam pidatonya di depan rakyat.

“Kali ini, aku tidak akan membiarkan sejarah berulang.”

Para bangsawan dan rakyat mendengarkan. Mereka tahu bahwa Parikesit adalah harapan terakhir bagi kerajaan yang hampir runtuh.

Vrishaketu berdiri di sampingnya, menjadi penasihat terdekatnya.

Dan di kejauhan, seseorang berdiri mengamati dari balik bayang-bayang.

Aswatthama.

Ia tidak pergi jauh. Tapi ia juga belum siap untuk ikut serta.

Untuk sekarang, ia hanya ingin menyaksikan.

Warisan Bharatayuda

Malam itu, Parikesit duduk di balkon istana, menatap langit.

Langit yang sama yang dulu menyaksikan perang para leluhurnya.

Vrishaketu mendekat, duduk di sampingnya.

“Masih memikirkan mereka?” tanyanya.

Parikesit mengangguk pelan. “Pandawa. Kurawa. Mereka semua bertarung untuk sesuatu yang mereka yakini.”

Ia menarik napas dalam-dalam.

“Dan sekarang, giliran kita untuk melanjutkan warisan itu. Tapi dengan cara yang berbeda.”

Vrishaketu tersenyum. “Tanpa perang?”

Parikesit menoleh dan tersenyum kecil. “Tanpa perang.”

Ia tahu, tidak akan mudah menghapus kebencian yang telah diwariskan selama generasi.

Tapi setidaknya, seseorang harus memulainya.

Di kejauhan, bayangan Aswatthama perlahan menghilang ke dalam kegelapan.

Ia masih belum menemukan jalannya sendiri.

Tapi untuk pertama kalinya…

Ia percaya bahwa mungkin, dunia ini masih bisa diselamatkan.

Tirai telah tertutup untuk perang ini.

Namun cerita baru akan segera dimulai.

(TAMAT)

spot_img

Warga Dua Desa Setuju Lepas Tanah untuk Perluasan TPA Blondo

UNGARAN, JAKARTAMU.COM | Sebanyak 34 warga dari dua desa di Kecamatan Bawen menyatakan kesediaannya untuk melepas tanah mereka guna...

More Articles Like This